MAKALAH
“HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN”
Oleh:
Nama : RIDUAN SURURI
NPM : 1222010030
Semester : 3 (tiga)
Program : Ilmu Tarbiah
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan
DOSEN PENGAMPU
1. Prof. Dr. H. Yurnais Etek
2. Dr. Nasir, M.Pd
IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan inayah Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hakikat Evaluasi Pendidikan. Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah, Rasulullah, Muhammad SAW dan keluarganya serta para pengikutnya yang selalu berjuang untuk menebar cahaya Islam sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini, terdapat kendala yang dihadapi penulis. Mulai dari pencarian sumber bacaan dan keterbatasan waktu yang dimiliki. Alhamdulillah, meskipun demikian, kendala ini dapat diatasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT memberi berkah atas amal usaha kita.
Kendati demikian kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itulah, penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Akhirnya, semoga makalah Hakikat Evaluasi Pendidikan ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa PPS IAIN Raden Intan Bandar Lampung dan pembaca umumnya. Kami pun terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca semua, guna perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Evaluasi Pendidikan 3
B. Hubungan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi 5
C. Variabel Pembelajaran dan Kedudukan Evaluasi didalamnya 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 18
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rangkaian terakhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal.
Dari sisi ini dapat difahami betapa urgennya evaluasi dalam proses kependidikan Islam. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana evaluasi pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam dalam mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan diletengahkan pembahasan mengenai hakikat dan tujuan serta prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam
Dalam bidang pendidikan evaluasi merupakan kegitan wajib bagi setiap insan yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang pendidik, proses evaluasi berguna dalam hal pengambilan keputusan kedepan demi kemajuan anak didik pada khusunya dan dunia pendidikan pada umumnya. Untuk itu makalah yang berjudul hakikat evaluasi pendidikan ini disusun dengan tujauan menambah pemahaman mengenai apa, bagaimana dan mengapa perlu evaluasi dalam bidang pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat evaluasi pendidikan?
2. Bagaimana hubungan pengukuran, penilaian dan evaluasi
3. Bagaimana Variabel pembelajaran dan kedudukan evaluasi di dalamnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hakikat evaluasi pendidikan?
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengukuran, penilaian dan evaluasi
3. Untuk mengetahui bagaimana Variabel pembelajaran dan kedudukan evaluasi di dalamnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
“Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan”. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : Pertama, dimensi dialektikal horizontal. Kedua, dimensi ketundukan vertikal. Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesame manusia dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi empat hal, yaitu :
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pendangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
1. Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat, seperti akhlak yang mulia dan disiplin.
3. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat di mana ia berada.
4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Dengan mengetahui makna evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam system pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal, yaitu :
1. Evaluasi berfungsi selektif. Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain :
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tungkat berikutnya.
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi diagnosik. Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tni, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
4. Evaluasi Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
B. Hubungan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
1. Pengukuran. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Menurut Sidin Ali dan Khaeruddin (2012) pengukuran berarti proses penentuan kuantitas suatu objek dengan membandingkan antara alat ukur dan objek yang diukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk membandingkan antara alat ukur dan objek yang ukur serta hasilnya bersifat kuantitatif (bentuk skor).
2. Penilaian. Menurut Sidin Ali dan Khaeruddin (2012) penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu objek dengan membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standar penilaian tertentu. Penilaian dalam pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian besrifat kualitatif artinya diperoleh dari pengkategorian.
3. Evaluasi. Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Evaluasi adalah “kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. (Depdiknas, 2006). Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengukur dan menilai beberapa kemampuan siswa dalam pembelajaran seperti pengetahuan,sikap dan keterampilan guna membuat keputusan tentang status kemampuan siswa tersebut.
Jadi Hubungan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi seperti yang sudah dikemukakan di atas. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat. Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menhasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
C. Variabel pembelajaran dan kedudukan evaluasi di dalamnya
Banyak upaya yang dilakukan ilmuan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variable dalam pembelajaran,namun klasifikasi yang lebih rinci dan memadai sebagai landasan pengembangan suatu teori pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Reigeluth. Pada mulanya para ilmuan pembelajaran memperkenalkan empat variable yang menjadi titik perhatian pembelajaran, yaitu
1. Kondisi pembelajaran
2. Bidang studi
3. Strategi pembelajaran
4. Hasil pembelajaran
Variabel-variabel yang dikelompokkan kedalam kondisi pembelajaran adalah karekteristik siswa,karekteristik lingkungan pembelajaran,dan tujuan institusional. Variabel bidang studi mencakup karekteristik isi/tugas. Variabel strategi pembelajaran mencakup strategi penyajian isi bidang studi,penstrukturan isi bidang studi dan penglolaan pembelajaran. Variabel hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran,baik dari siswa,lembaga dan masyarakat.
Pada tahun 1978 klasifikasi variable-variabel pembelajaran ini dimodifikasi oleh Reigeluth dan Merill menjadi tiga variable yaitu sebgai berikut :
1. Variabel kondisi pembelajaran
2. Variable metode pembelajaran
3. Variable hasil pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat didefenisikan sebagai factor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga kita katakan dengan keadaan rill dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi pembelajaran selalu berubah-ubah. Hal ini tergantung pada situasi anak didik,kondisi kelas,materi pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran adalah Cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda pula. Metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Disinilah peranan guru yang sangat diharapkan dalam memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan suasana anak didik.
Selain itu,guru juga harus memperhatikan karekter pelajaran sebelum memilih metode pembelajaran. Ketidak sesuaian antara karakter pelajaran dengan metode pembelajaran akan mengakibatkan kurangnya interaksi antara siswa dan guru,dan siswa dengan materi pembelajaran. Sedangkan hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan indicator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda.
Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan, Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. Berikut ini penulis akan memaparkan secara singkat tentang variable-variabel pembelajaran,seperti yang dikemukakan diatas.
1. Kondisi Pembelajaran. Variabel yang termasuk kedalam kondisi pembelajaran,yaitu variable-variabel yang mempengaruhi penggunana variable metode.Oleh karena perhatian kita adalah untuk mendeskripsikan metode pembelajaran,maka variable kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada diluar control perancang pembelajaran.
Maksudnya adalah, kita harus mengidentivikasikan variable kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama dalam proses belajar mengajar tersebut. Dan menurut Merill dan Reigeluth ada tiga variable kondisi pembelajaran yaitu:
a. Tujuan dan karakteristik bidang studi. Tujuan sutau bidang studi adalah pernyataan tentang hasil pembelajaranapa yang diharapkan. Sedangkan karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsekan strategi pembelajaran. Karekteristik setiap bidang studi sangatlah berbeda-beda.Oleh karena berbedanya karakter satu bidang studi dengan bidang studi yang lain dituntut menggunakan strategi dan media yang berbeda pula.Disinilah peranan seorang guru dalam mengorganisasi pelajaran,pemilihan media dan menetapkan strategi dalam pembelajaran.
b. Kendala dan Karakteristik bidang studi. Karekteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Karekteristik pembelajaran sangat bervariasi dan berbeda antara satu materi pelajaran dan materi lainnya.Dengan berbagai karekter ini maka guru harus dapat menetukan dan memilih strategi dan media dalam pembelajaran.Karena apa bila guru salah dam memilih media dan strategi pembelajaran maka akan berakibat kepada tidak akan tercapainya kompetensi yang telah ditentukan.
Maka sebelum mengadakan kegiatan belajar mengajar,seorang guru harus mampu melihat aspek-aspek apa saja yang ada pada pembelajaran tersebut. Dengan mengetahui hal itu,maka akan mudahlah bagi guru untuk menentukan media,metode dan strategi ddalam menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan kendala adalah keterbatasan sumber-sumber,seperti media,waktu personalia dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam menjalani kegitan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang mempunyai arti yang cukup penting.Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat juga kita artikan sebagai sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.Apa bila dikaitkan dengan kegiatan pembelajarn maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar kepeserta didik. .Namun perlu kita ingat,bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu,tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acauan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan,maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran,akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Selain itu kendala yang sering terjadi dilapangan adalah factor keuangan. Seorang guru dituntut untuk menggunakan media dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media tersebut. Dan dari fihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media.
Menurut penulis,media yang digunakan tidak harus mahal,yang penting media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pendidik pada saat sekarang ini harus mampu memamfaatkan media belajar dari yang sangat komplek sampai pada media pendidikan yang sangat sederhana.Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan,maka masalah perencanaan,pemilihan dan pemamfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. Bahkan tidak mustahil dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan,bila tidak dikuasai sungguh-sungguh oleh guru
c. Karekteristik siswa. Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat,motivasi dan hasil belajar yang telah dimiliki. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk membuat strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga,pada tingkat tertentu,mungkin sekali suatu variable kondisi akan mempengaruhi setiap variable metode,disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan pembelajaran.
2. Metode Pembelajaran. Menurut Martinis Yamin,metode pembelajaran adalah cara melakukan atau menyajikan,menguraikan,memberi contoh,dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan,guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut. Dalam mengajar,guru jarang sekali menggunakan satu metode,karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cendrung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan begi peserta didik.Jalan pelajaranpun akan tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kejenuhan dan kelemahan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berati metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
a. Strategi pengorganisasian
b. Strategi penyampaian
c. Strategi pengelolaan
Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi penataan isi format dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth,Bunderson, dan Merrill sebagai structural strategi,yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta,konsep,prosedur,dan prinsip yang berkaitan. Sqeuencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi,dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta,konsep,prosedur,atau prinsip yang terkandung dalam satu bidang studi.
Pengorganisasian pengajaran secara khusus,merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topic-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa,yaitu dengan menunjukkan bagaimana topic-topik itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Kebermaknaan ini akan menyebabakan sisiwa memiliki potensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topic-topik yang telah dipelajari.
Sedangkan strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa untuk menerima serta merepon masukan yang berasal dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsntrasi lebih lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam,ada yang cepat,ada yang sedang,dan ada yang lambat. Factor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi,sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana yang dijelaskan diatas,memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode Tanya jawab,tetapi untuk sekelompok anak didik yang laian mereka lebih menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode yang lainnya. Menghadapi kasus yang seperti ini maka seorang guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang bervariasi diharapkan semua siswa dapat mengikuti pelajaran dan mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable metode pembelajaran lainnya,variable strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variable metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variable metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran.
3. Hasil Pembelajaran. Seperti variabel metode dan kondisi pembelajaran,variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan dengan cara yang sama.Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Keefektifan
b. Efisiensi
c. Daya tarik
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar.Ada empat aspek penting yang dpat dipakai untuk memdeskripsikan keefektipan pembelajaran,yaitu ; (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar,dan (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecendrungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itukah sebabnya,pengukuran kecendrungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi. Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar,apakah pembelajaran kita sudah efektif,efisien dan memiliki daya tarik. Ciri pembelajaran yang baik apa bila pembelajaran tersebut efektif,artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien,sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran,dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa,apa bila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cendrung untuk mencintai pembelajaran itu,berarti kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi empat hal, yaitu :
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pendangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT
Hubungan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi seperti yang sudah dikemukakan di atas. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat. Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menhasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya.
Ada empat variable yang menjadi titik perhatian pembelajaran, yaitu
1. Kondisi pembelajaran
2. Bidang studi
3. Strategi pembelajaran
4. Hasil pembelajaran
Variabel-variabel yang dikelompokkan kedalam kondisi pembelajaran adalah karekteristik siswa,karekteristik lingkungan pembelajaran,dan tujuan institusional. Variabel bidang studi mencakup karekteristik isi/tugas. Variabel strategi pembelajaran mencakup strategi penyajian isi bidang studi,penstrukturan isi bidang studi dan penglolaan pembelajaran. Variabel hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran,baik dari siswa,lembaga dan masyarakat.
B. Saran
Seorang guru harus mengetahui hakikat evaluasi pendidikan, dan memperdalam pengetahuan demi mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan, dan mendapatkan siswa dan siswi yang berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://na-camhiel.blogspot.com/2012/04/hakikat-evaluasi-pendidikan-islam.html.
http://firdausrida.blogspot.com/2012/01/taksonomi-variabel-ilmu-pembelajaran. html
Djaali. Muljono, Pudji. 2008. ”Pengukuran dalam Bidang Pendidikan” .Jakarta : Penertbit PT Grasindo.
Hamzah B. Uno,Perencanaan pembelajaran,Jakarta,Bumi Aksara,tahun 2008
Martinis Yamin,M.Pd,Profesionalisasi Guru& Implementasi KTSP,Jakarta,Gaung Persada Press,tahun 2007\
Nana Sudjana,Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,Bandung,Sinar Baru Algensindo,tahun 2009
Syaiful Bahri Djamarah,Strategi Belajar Mengajar,Jakarta,Rineka Cipta,tahun 1995
Samsul Nizar, M.A, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : 2002
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara. 2008
Syaiful Sagala,M.Pd,Konsep dan Makna Pembelajaran,Bandung,Alfabeta,tahun 2003
Sudijono, Anas. 2011. “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...