Alamat

Nama: Ridwan Sururi, S.Pd.I. Alamat: Jl. Pesantren Mathla'ul Falah no 412. Sindang Anom Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur. email. abu.hanan17@gmail.com. Facebook. Ridwan Sururi. HP. 085233552224

Selasa, 01 Januari 2013

MAKALAH ASBABUNNUZUL. RIDWAN SURURI.SINDANG ANOM SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR 2012


MAKALAH
ASBABUNNUZUL

OLEH

Nama               : RIDWAN SURURI
NPM                : 1222010030
Prodi                : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi      : Pendidikan Agama Islam


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

DOSEN PEMBIMBING
DR. ALAMSYAH, M.Ag










IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syuku kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan hidayahnya karena Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, Salawat dan Salam kita hanturkan kepada nabiullah Muhammad SAW yang telah memimbing kita di jalan yang baik. dan makalah ini penulis buat atas tugas yag diberikan dosen mata kuliah, yang berjudul “ASBABUN NUZUL”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan tak lupa penuli juga sadar makalah ini masih banyak kekurangan maka penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun  untuk kesmpurnaan penyusunan nakalah selanjutnya.

                                                                        Bandar Lampung,    Januari  2012
                                                                                           Penulis



                                                                          ( RIDWAN SURURI )









                                                       DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...        i
DAFTAR ISI........................................................................................          ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar belakang………………………………………...............         1
B.     Rumusan masalah……………………………………………..         1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian asbab an- nuzul …………………………………..           2
B.     Macam–macam asbab  an- nuzul ……………………………            4
C.     Makna ungkapan–ungkapan redaksi asbab  an- nuzul ……...            4
D.    Pengetahuan tentang asbab  an- nuzul ………………………..         5
E.     Faedah asbab an- nuzul ………………………………………          7

BAB III  PENUTUP
KESIMPULAN ………………………………………………………         8

DAFTAR PUSTAKA
                                                               


                                                 








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang dapat menandingi Al-qur’anul karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.[1] Di kalangan para ulama dan pakar bahasa Arab tidak ada kesepakatan tentang ucapan, asal pengambilan dan arti kata al-Qur’an.[2] Di antara mereka berpendapat bahwa kata al-Qur’an itu harus diucapkan tanpa huruf hamzah. Termasuk mereka yang berpendapat demikian adalah al-Syafi’i. dan al-Farra dan al-Asy’ari.
Al-Qur’an bukanlah merupakan sebuah “BUKU” dalam pengertian umum karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur angsur kepada Nabi Muhammad SAW, sejauh situasi –situasi menuntunnya. Al-Qur’an pun sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu yang akan menimbulkan keusilan dan pembantahnya seperti yang diyakini sampai sekarang pewahyuan Al-Qu’an secara total dalam sekali waktu secara sekaligus adalah suatu yang tidak mungkin, karena pada kenyataan Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslim secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang timbul.
Dan untuk lebih mengetahui atau memahmi maksud Al-Qur’an secara utuh lebih utama adalah harus mengetahui latar belakang turunya Al-Qur’an. karena orang akan salah menangkap pesan-pesan Al-qur’an secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya.  

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari asbabun nuzul itu?
2.      Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu?
3.      Apakah manfaat dari mempelajari asbabun nuzul itu?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Asbab An-Nuzul
Kalimat Asbabun Nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat “Asbab” dan “Nuzul”. Yang jika dipandang secara etimologi maka Asbab An-Nuzul didefinisikan sebagai sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Secara etimologis, asbabun nuzul ayat itu berarti sebab-sebab turun ayat. alam pengertian sederhana turunnya suatu ayat disebabkan oleh suatu peristiwa, sehingga tanpa adanya peristiwa itu, ayat tersebut itu tidak turun.[3]

Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam yaitu
1.      Peristiwa berupa pertengkaran, contohnya perselisihan antara Suku Aus dan Suku Khazraj, perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: “senjata, senjata”. peristiwa tersebut menyebabkan turunnya beberapa ayat Surah Al-Imran diantaranya adalah ayat 100 yaitu:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãèÏÜè? $Z)ƒÌsù z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# Nä.rŠãtƒ y÷èt/ öNä3ÏZ»oÿÎ) tûï̍Ïÿ»x.  (ال عمران :100 )
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

2.      Peristiwa berupa kesalahan yang serius, contohnya peristiwa seorang yang mengimani shalat  sedang mabuk sehingga sehingga salah dalam membaca surah Al-Kafirun ia baca   
قل يا ايهاا لكافرون. اعبد ما تعبدون
Ia tidak mengambil huruf   لا pada kata         لا اعبد
Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat 43 Surah An-Nisa:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? Ÿwur $·7ãYã_ žwÎ) ̍Î/$tã @@Î6y 4Ó®Lym (#qè=Å¡tFøós? 4 bÎ)ur LäêYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãLäêó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y7ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNä3Ïdqã_âqÎ/ öNä3ƒÏ÷ƒr&ur 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #qàÿtã #·qàÿxî  ( النساء )
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

3.      Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian (muwafaqat) Umar bin Al-Khattab dengan  ketentuan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam sejarah, ada beberapa harapan Umar yang dikemukakan  kepada Nabi Muhammad. Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan –harapan Umar tersebut, contohnya yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Anas ra. bahwa Umar berkata: “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal: Aku katakana kepada rasul, bagaimana sekiranya jika kita jadikan makam Ibrahim tempat shalat; maka turunlah ayat:
و تخذوا من مقام ابرا هيم مصلى
Sebab-sebab turunnya ayat yang dalam bentuk pertanyaan ada tiga macam yaitu:
1.         Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu
2.         Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
3.         Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang.

B.   Macam-Macam Asbab An-Nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dapat dibagi kepada ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu). sebab turun ayat disebut ta’addud karena wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu, sebaliknya apabila satu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut ta’addud al-nazil.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis, permasalahannya ada empat bentuk: Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak. Kedua, keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat (Murajjih) dan lainnya tidak. Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat (Murajjih). Akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus. Keempat, keduanya shahih, tidak mempunyai penguat (Murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.

C.   Makna Ungkapan-Ungkapan Redaksi Asbab An-Nuzul
Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun-nuzul itu terjadinya pada masa Rasulullah, atau lebih khusus lagi, pada masa turunnya ayat-ayat Al-quran. Dengan demikian asbabun-nuzul hanya dapat diketahui melalui penuturan para sahabat Nabi yang secara langsung menyaksikan terjadinya peristiwa atau munculnya pertanyaan sebab nuzul. Hal ini berarti, bahwa Asbabun-Nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan oleh para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan yang berbeda antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan tersebut tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki implikasi     pada    status   sebab   nuzulnya. Macam-macam ungkapan/redaksi yang digunakan sahabat dalam mendeskribsikan sebab   nuzul            antara  lain:
1.         Kata سبب (sebab). Contohnya seperti:
سَبَبُ نُزُوْلِ هَـذِهِ الاَ يَةِ كــذَا (sebab turunnya ayat ini demikian …)
Ungkapan (redaksi) ini disebut sebagai redaksi yang sharih (jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi seperti ini menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat, tidak mengandung makna lain.
2.         Kata فـــ (maka). Contohnya seperti:
حَدَثَتَ كَذَا وَ كَذَا فَـنَزَلَت الآيَةُ (telah terjadi peristiwa ini dan itu, maka turunlah ayat). Ungkapan ini mengandung pengertian yang sama dengan penggunaan kata sababu, yakni sama-sama sharih (jelas/tegas).
3.         Kata في (mengenai/tentang). Contohnya seperti:
نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ فِيْ كَذَا و كَـذَا (ayat ini turun mengenai ini dan itu). Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menunjukkan sebab turunnya suatu ayat. Akan tetapi masih dimungkinkan mengandung pengertian lain.

D.    Pengetahuan tentang asbabun nuzul
Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata:” tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-qur’an tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-qur’an”. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-qur’an. Sebab pengetahuan tentang “sebab” akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat). Jadi masalah mempelajari turunnya suatu ayat bukan hanya dipahami sebagai doktrin normatif semata, tetapi juga harus dapat dikembangkan menjadi konsepsi operatif.[4] Boleh dikata, untuk mengetahui secara mendetail tentang aneka corak ilmu-ilmu al-Qur’an serta pemahamannya, tidak mungkin dicapai tanpa mengetahui asbabun nuzulul.[5]
Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-qur’an harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-qur’an melalui tiga cara:
  1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.
  2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.
  3. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelompok;
Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-qur’an). Kebanyakan ayat-ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah al-qur’an tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya. Sebagai contoh tentang bahaya menafsirkan Al - Qur’an tanpa mengetahui sebab turunnya ialah penafsiran Usman bin Mazun dan Amr bin Ma’addi Kariba terhadap ayat
}§øŠs9 n?tã šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Óy$uZã_ $yJŠÏù (#þqßJÏèsÛ #sŒÎ) $tB (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# §NèO (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r §NèO (#qs)¨?$# (#qãZ|¡ômr&¨r 3 ª
artinya :
Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertaqwa serta beriman dan beramal salih…….”(QS Al-Maidah : 93)
                   
Mereka membolehkan minum khamar berdasarkan ayat ini. As Suyuti berkomentar bahwa sekirana mereka mengetahui sebab turunnya ayat ini tentunya mereka tidak mengatakan demikian. sebab, Ahmad, An-Nasai, dan lainnya meriwayatkan bahwa sebab turun ayat ini adalah orang-orang yang ketika khamar diharamkan mempertanyakan nasib kaum muslimin yang terbunuh di jalan Allah sedang mereka dahulunya minum khamar.


E.   Faedah Asbabun Nuzul
  1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.
  2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya.
  3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ).
  4. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.
  5. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).
  6. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.
  7. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Asbabun nuzul  sebagai satu hal yang  karenaya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan serta memiliki manfaat di  dalamnya. Cara turunnya asbabun nuzul itu:
1.      Pertama ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan pada nabi.
2.      Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atu pertanyaan.
3.      Ketiga yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelompok :
a.       ayat-ayat yang seab turunya harus diketahui (hokum) karena Asbabun nuzulnya arus diketahui agr penetapa huklumnya tidak menjadi keliru.
b.      ayat-ayat yang sebab turunya tidak harus diketahui ayat  yang menyangkut kisah dalam Al-qur’an .


DAFTAR PUSTAKA


Alwi Al-Maliki Al-Hasni Bin Muhammad, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, CV Pustaka, Bandung, 1999.


Anwar Rosihan, Ulum Al-Qur’an, CV Pustaka Mutiara, Bandung, 2008.


H. Syadali Ahmad dan H. Rofi’i Ahmad, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2006.

Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2005).


Moh. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)


Prof. Dr. H. Rachmat Syafi’, MA., Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 1973), cet. Ke-1.


[1] Dr. M. Quraish Shihab, M.A, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
[2] A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an dan Verifikasi Tentang Otentitas Al-Qur’an, (Banjarmasin: Antasari Press, 2007), h. 11.
[3] Prof. Dr. H. Rachmat Syafi’, MA., Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 1973), cet. Ke-1, h.24.
[4] Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 50.
[5] Moh. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...