MAKALAH
“PERKEMBANGAN ISLAM MODERN DI MALAYSIA”
Oleh:
Nama :
Riduan Sururi
NPM : 1222010030
Semester : 2 (dua)
Program : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Mata
Kuliah : Perkembangan Modern Dalam Islam
Di Ajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mandiri
Perkembangan
Modern Dalam Islam
DOSEN PENGAMPU
1.
Dr. HASAN MUKMIN, M.Ag
2.
Dr. ABDUL SYUKUR, M.Ag
IAIN
RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM
PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK
YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR
Hamdan lillah puji syukur saya
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, inayah dan ridlo
Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Islam Modern di Malaysia”.
Pembuatan makalah ini sebagai tugas individu penulis dalam mengikuti perkuliahan Mata Kuliah Isu-isu pendidikan Islam Asuhan
Bapak Dr. Hasan Mukmin, M.Ag dan Dr. Abdul Syukur, M.Ag pada Program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan
Bandar Lampung konsentrasi Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari, pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan demi sempurnanya pembuatan-pembuatan makalah berikutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis
khususnya.
Bandar
Lampung, April 2013
( RIDUAN SURURI )
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Lintasan
Sejarah Malaysia....................................................................... 3
B. Proses Masuknya
Islam di Malaysia........................................................ 5
C. Perkembangan
Islam Modern di Malaysia............................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai
suatu kekuaan yang diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas
tertentu perjuangan kemerdekaan dalam abad dua puluh, kekuatan dan sumbangan
Islam bagi perubahan sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga
mucullah pergolakan-pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan termasuk di
Malaysia. Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang
terletak di semananjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya
mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama resmi negara, sehigga syarit Islam
ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para
pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan
mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka.[1]
Yang saat itu sebagai pusat perdagangan. Karena memang jalur perdagangan
merupakan salah satu media yang efektif dalam mengembangkan dan menyiarkan
ajaran Islam. Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat
heterogen terutama bila dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena
itu, di Malaysia dapat dijumpai sejumlah kelompok masyarakat muslim
Indo-Melayu, bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana. Walaupun Malaysia
sebagai salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun tentu masih
saja menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan
bagaimana pola perkembangannya.
Perkembangan
Islam di Malaysia ditandai dengan tumbuhnya institusi-institusi dengan baik hal
ini peningkatan kesadaran beragama dalam sosial keagamaan, politik, ekonomi dan
lain-lainnya, sebagai contoh sebuah oposisi Islam berkembang yaitu organisasi
Kesatuan Nasional Melayu (UMNO) berusaha menyokong oposisi keagamaannya sendiri
melalui perekrutan tokoh-tokoh agama dan berjanji memperjuangkan kepentingan
Islam dan Pan-Melayu Islamic Party (P.M.I.P) yang menjadi juru bicara bagi
permusuhan komunitas Muslim terhadap warga cina dan India. Orientasi keislaman
P.M.I.P tidak hanya kepudulian ekonomi tetap juga kepedulian terhadap
Perkembangan Islam.[2]
Malaysia dewasa ini semakin menunjukkan adanya pluralitas keberagamaan
yang dapat memberi perlindugan bagi masyarakat non melayu yang pada umumnya
menganut agama non Islam, sehingga mereka hidup berdampingan satusama lain
tanpa menimbulkan gejolak.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang
tersebut, maka penulis akan mengemukakan pokok masalah yang akan dikaji adalah
Bagaimana Perkembangan Islam di Malaysia, namun untuk lebih sistematis
kajiannya maka difokuskan pada sub-sub masalah, sebagai berikut :
- Bagaimana Lintasan Sejarah Malaysia?
- Bagaimana Proses Masuknya Islam d Malaysia ?
- Bagaimana Perkembangan Islam Modern di Malaysia
?
C.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui
bagaimana Lintasan Sejarah Malaysia.
2.
Untuk Mengetahui
bagaimana Proses Masuknya Islam d Malaysia.
3.
Untuk Mengetahui
bagaimana Perkembangan Islam Modern di Malaysia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lintasan
Sejarah Malaysia
Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963.
Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa
kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946,
ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan,
kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian
meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Singapura, Sarawak, Borneo Utara, dan Federasi Malaya bergabung membentuk Malaysia
pada 16 September 1963.
Tahun-tahun permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik
militer dengan Indonesia dan keluarnya Singapura pada 9 Agustus
1965.[3]
Bangsa-bangsa
di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan yang
cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang cepat pada dasawarsa 1980-an
dan 1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga 1997, telah mengubah Malaysia
menjadi negara industri
baru. Karena Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang
menguasai Selat Malaka,
perdagangan internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu
ketika, Malaysia pernah menjadi penghasil timah,
karet dan minyak kelapa sawit di dunia. Industri manufaktur
memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia juga dipandang
sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Malaysia
merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia Tenggara pada
khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografi
yang menjadi laluan perdagangan antara bangsa sejak zaman dahulu. Negara
Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang
berpenghasilan menengah ke bawah, tetapi beberapa sektor mendapat
prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis
tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh. Terletak
di semanjung Malaka Asia Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kuala lumpur
mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar
wilayahnya mempunyai luas wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China
selatan tepatnya di utara pulau Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang.
Pada tahun 2002 jumlah penduduk Malaysia berkisar 22.229.040, bahasa
resminya bahasa Melayu. Sedangkan agama mayoritas Islam (53 %), Budha (17 %),
KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %), Kristen (8,6 %) dan Hindu (7 %).[4]
Namun data yang terakhir penulis temukan bahwa sejalan dengan waktu
perkembangan jumlah penduduk dan penganut agama semakin meningkat dengan
rata-rata 2,0%.
Geografi
daerah : 329.748 kiometer persegi (127.315 mil persegi) agak lebih besar dari
Meksiko, Ibukota Kuala Lumpur, kota-kota lainnya, Penang, Ipoh, Malaka, Johor
Baru, Shah Alam, Klangtan, Kucing, Kota inabalu, Kota Baru, Kuala Trengganu,
Petaling Jaya. Malaysia dengan penduduk tahun 2008 populasinya 27,5 juta jiwa,
laju pertumbuhan 2,0 % kelompok etnis terdiri atas : melayu 53 %, cina 26 %,
asi 11,8 %, indian 7,7 % lainya 1,2 %. Bahasa terdiri bahasa melayu resmi, cina
dialek macam, inggris, tamil, asli.[5]
Malaysia
terdiri dari dua bagian, Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat
merupakan sebuah semananjung yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya
membujur pegunungan dari utara ke selatan. Pegunungan tersebut tediri dari
beberapa rangkaian sejajar. Daratan rendah utama adalah daratan rendah Kedah di
utara, daratan rendah Selangor di Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan
daraytan rendah Kelantang dan Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di
pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.[6]
Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Malaysia terletak
di dekat khatulistiwa dan
beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di Pertuan Agong
dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer
Westminister. Berikut ini dapat dilihat dalam
peta semenanjung Malaysia Barat dan Timur.
Suku Melayu menjadi
bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa-Malaysia dan India-Malaysia
yang cukup besar. Bahasa Melayu
dan Islam masing-masing
menjadi bahasa dan agama resmi negara. Penduduknya
sebagian besar atau 61 % terdiri dari suku Melayu pribumi, pendatang
terdiri dari orang muslim dan non Muslim yaitu orang muslim dari Indonesia
(Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari
India, Cina, Pakistan, Persia dan Turki, Sedangkan orang non muslim adalah Cina
dan India. Mayoritas penduduknya adalah muslim Suni pengikut Mazhab Syafií,
Islam agama resmi.[7]
B.
Proses
masuknya Islam di Malaysia
Sejarah
masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu,
jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal
dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah
kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan. Dari
sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang
sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh.[8]
Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar
pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni
Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam
datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia
yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan
dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.[9]
Maka tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai
keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara
kompleks.[10] Agama
dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya, ekonomi, dan
politik di wilayah ini. Menurut Prof. DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim
Amrullah) bahwa ada tiga isu masuknya Islam di Malaysia yaitu Perbincangan
tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu akan
melibatkan perbincangan yang membabitkan tiga isu. Isu-isu tersebut ialah bila
tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada orang Melayu, dari manakah asal-usul
pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan bagaimanakah proses ini boleh
berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam menghuraikan ketiga-tiga isu ini kelebihan
yang terdapat dalam hujah yang diberikan oleh beliau telah mempelopori
pendekatan yang memberikan perspektif tempatan tentang proses yang membawa
kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu. Isu pertama yang menimbulkan
perbincangan tentang penyebaran Islam di Alam Melayu adalah berkaitan dengan
bilakah tarikh tepat agama Islam mula disebarkan di rantau ini. Dalam
tulisannya, Hamka cenderung berpendapat bahawa agama Islam telah diperkenalkan
di rantau ini pada awal abad Hijrah (abad ketujuh Masihi). Pendapat yang beliau
kemukakan ini adalah berdasarkan kajian yang lakukan dengan merujuk sumber
Cina.[11]
Pendapat yang dikemukakan juga adalah
dengan bersandar kepada tulisan oleh seorang sarjana Barat, iaitu T.W.
Arnold yang mengaitkan penyebaran agama Islam dengan peranan yang
dimainkan oleh pedagang-pedagang Arab. Dalam kajiannya, T.W. Arnold mendapati
bahawa pedagang-pedagang Arab telahpun menjalin hubungan perdagangan dengan
rantau sebelah timur sejak sebelum abad Masihi lagi. Pada abad kedua Sebelum
Masihi hampir keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang
Arab. Menjelang abad kesembilan Masihi kegiatan perdagangan orang Arab dengan
Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya hubungan perdagangan antara orang
Arab dengan China. Menurut rekod sejarah, menjelang pertengahan abad kelapan
Masihi pedagang-pedagang Arab dapat ditemui dengan ramainya di Canton.
Dari abad ke-10 hingga abad ke-15, sebelum kedatangan Portugis,
orang Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir tidak tercabar dalam
menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.
Berdasarkan
pandangan yang diberikan oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah
semestinya apabila orang Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha
menyebarkan agama tersebut di kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan
kegiatan perdagangan. Namun begitu, hujah yang dikemukan ini sukar untuk
dibuktikan karena ketiadaan maklumat bertulis yang konklusif bagi menyokong
pendapat yang diberikan. Lantaran itu, dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan
yang umumnya disepakati, termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai
(abad ke-13-14) adalah merupakan kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang
diwujudkan di rantau ini.
Islam masuk
ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia,
dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh
masyarakat kerana mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.
Isu kedua para penyebar Islam tersebut menurut T. W. Arnold. tidak datang
sebagai penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam,
sebagaimana yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.[12]
Mereka juga tidak menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan rakyat,
sebaliknya mereka hanya sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan
peradaban mereka yang lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam dengan
memperkenalkan toleransi dan persamaan antara manusia. Bagi penganut Hindu,
yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang
baru mereka kenali adalah amat menarik perhatian, khususnya di kalangan
pedagang yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan.[13]
Itulah sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait
erat dengan keluhuran agama tersebut.
Isu ketiga
suatu proses perubahan kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik
kesamaan yang saling menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan
kebudayaan Malaysia. Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala
kebudayaan dan tradisi yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan
menemukan tempat untuk memasuki pulau-pulau di kawasan ini. Islam sebenarnya
telah masuk di pelbagai wilayah Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman
besar-besaran dimulai. Para pedagang asing telah lama menetap di bandar-bandar
dan kerajaan-kerajaan Islam pertama yang terdapat di Sumatera bahagian Utara
dan Pantai Barat Semenanjung sejak lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih
awal daripada itu. Akan tetapi, menurut Harry J.Benda.[14]
Baru pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama
utama di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin
disebabkan semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang
berperanan sebagai pendorong gerak maju agama ini.[15]
Ajaran mistik Islam ini ternyata menemukan banyak titik kesamaan dengan ajaran
Hindu dan banyak disebarkan oleh orang daripada India yang beragama Islam.
Melalui pelbagai hubungan titik persamaan ini, Islam ternyata mempunyai banyak
kesesuaian dengan budaya masyarakat tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi
aspek yang lebih dominan dalam proses Islamisasi di wilayah ini.[16]
Menurut ahli
sejarah Malaysia, Islam masuk ke semenanjung ini sebelum abad ke-12 berbeda
pendapat penulis barat yang mengatakan sekitar abad ke-13 atau 14. Penulis
Malaysia didasarkan pada mata uang dinar emas yang ditemukan di Klantang tahun
1914, bagian pertama mata uang itu bertuliskan al-julus kelatan dan angka arab
577 H, yang bersamaan dengan tahu 1161 M, bagian kedua bertuliskan
äl-Mutawakkil, gelar pemerintahan Kelantang. Dan jika kita lihat batu nisan tua
tertulis arab ditemukan ke Kedah tahun 1963 pada makam Syekh Abdul Kadir bin
Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H), abad ke-9 merupakan awal perkembangan Islam
di kawasan selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut Cina
Selatan, sebagaimana diakui Dinasti Sung (960-1279), bahwa masyarakat Islam
telah tumbuh di sepanjang pantai laut Cina Selatan.[17]
Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan
Muhammad Syah bertahta di Malaka, datang sebuah kapal dagang dari Jeddah yang
dipimping kapten kapal yang bernama Sidi Abdul Aziz, yang juga seorang ulama
Islasm, Sidi Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat itu yang telah di
Islamkan untuk menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Syah.[18]
Dalam sejarah negeri Kedah disebutkan bahwa Islam masuk ke Kedah pada tahun
1501 M, pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab di Kedah yang
bernama Syekh Abdullah Yamani yang kemudian mengislamkan raja dan pembesar
serta anak negeri Kedah. Raja Pramawangsa akhirnya dianjurkan oleh Syekh
Abdullah menukar namanya etelah masuk Islam menjadi sultan Muzafar Syah. Syekh
Abdullah mendapat kiriman Al- Qurán dari sahabatnya pendakwah di Aceh yaitu
Sykh Nuruddin Makki.[19]
Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan
atas peranan para pedagang muslim dan mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’
setempat dan penguasa Islam. Sejak awal abad ke-7 semananjung Malaka dan
nusantara merupsakan jalur perdagangan utama antara Asia Barat dan Timur jauh
serta kepulauaan rempah-rempah Maluku, semananjung tidak dapat dipisahkan dari
gugusan pulau-pulau nusantara, mereka juga singgah di pelabuhan-pelabuhan
semenanjung.[20]
Bahwa proses
islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan
ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jasirah Arab, yang pada tahun
1980-an Islam di Malysia mengalami perkembanga dan kebangkitan yang ditandai
dengan semaraknya kegitan dakwah dan kajian Islam oleh kaum intelektual dan setiap
tahun menyelenggarakan kegiatan Internasional yaitu Musabaqh Tilawatil Al-Qurán
yang selalu diikuti oleh Qari dan Qariah Indonesia.[21]
Negara Malaysia yang menganut agama
resmi Islam menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan
ketentraman, kedamaiaan bagi masyarakat, walaupun pemegang jabatan adalah
pemimpn-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak,
sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan
menjunjung tinggi konstitusi negara kebangsaan Malysia.
C.
Perkembangan
Islam Modern di Malaysia
Azyumardi
Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk di
Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam
datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni
Gujarat dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades).[22]
Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di Malaysia
dapat kita merujuk pada peryataaan Ahmad M. Sewang bahwa, penerimaan Islam pada
beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda. Pertama,
Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian
berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa kerajaan.
Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian
disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa
disebut bottom up, dan pola kedua biasa disebut top down.[23]
Pola ini menyebabkan Islam berkembang pesat sampai pada saat sekarang di
malaysia.
Pola pertama
melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai
etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar
pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah
komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul
dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran
agama Islam mengikuti jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak
lama. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana
istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan
kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi
pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah
ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim. Sisa-sisa peninggalan
sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat
sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih
bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam
masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja
Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660,
isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852
ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di
Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah. Fakta-fakta sejarah ini
mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang
ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin
mengalami kemajuan. Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa
pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di
bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen,
sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian
dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama.
Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan
sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama
(mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu
pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi
Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.[24]
Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita
kenal Universistas Kebangsaan Malaysia. Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas
sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top
down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama
resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang
berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.
Di samping
itu, ada juga undang-undang warisan Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia
yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang
berjumlah 68, hampir identik dengan hukum mazhab Syafii. Pelaksanaan
undang-undang yang berdasarkan Alquran, dan realisasi hukum Islam yang sejalan
dengan paham Syafii di Malaysia sekaligus mengindikasikan bahwa Islam di negara
tersebut sudah mengalami perkembangan yang signifikan. Dengan adanya proses
islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan
ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun
1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai
dengan semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan
menyelenggarakan kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Qur’an yang
selalu diikuti qari qariah Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di
Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid
yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu
baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak
banyak mengalami hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa
Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam)
telah diberlakukan sejak 1992.
Namun
demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama
lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi
masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak
berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua
masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi
negara kebangsaan Malaysia. Agama Islam telah diakui di seluruh dunia, begitu pula dari Malaysia.
Penjajah Ingris di tanah Melayu bermula di negeri-negeri Selat pada abad
ke-18-19. lalu di negeri-negeri Melayu lainnya pada abad ke 19-20 sejak itu
mulailah Era Baru sejarah pemikiran umat Islam di Malaysia. Bersamaan dengan
proses modernisasi yang di lancarkan kolonialisme Barat, muncullah aliran
modernisme didalam pemikiran sebagian umat Islam. Jika aliran modernisme
tradisional lebih menekankan persoalan-persoalan teologi atau agama, maka
aliran neo modernisme membahas persoalan-persoalan keduaniaan dan kehidupan
secara lebih luas dan menyeluruh, dalam makalah ini akan sedikit dibahas
tentang ideologi, politik, sosial dan budaya. Ekonomi dari Malaysia.
Secara konstitusinal, Islam menikmati
status resmi sebagai agama negara Federasi Malaysia. Seperti di banyak negara
muslim lain. Islam telah menjadi ideologi utama kaum oposisi.
Pengaruh Islam terhadap penduduk asli Malaysia, yaitu berakal dalam-dalam.
Sejak mereka dibuang kepercayaan animesme dan memeluk Islam selama masa
kerajaan Malaka (abad XV), bangsa Melayu tak pernah berubah agama. Barangkali tak semua mereka itu muslim yang taat, tapi
kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan dan sentimen Islami selalu hadir dan menembus
kebudayaan Melayu serta sistem nilai dalam berbagai tingkat kekentalan. Agama
Islam di Malaysia adalah agama negara atau agama resmi di Malaysia. Walau
demikian, konstitusi Malaysia juga menjamin bahwa agama-agama lain dapat di
amalkan dengan aman dan damai diseluruh Malaysia. Tetapi
setelah penjajahan Inggris di tanah Melayu pada abad 19-20. Sejak itu mulailah
era baru sejarah pemikiran umat Islam di Malaysia. Bersamaan dengan proses
modernisme yang di lancarkan Kolonialisme Barat. Muncullah aliran modernisme
didalam pemikiran sebagian umat Islam. Dalam hal ini
menjadikan kemunduran masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Orang
malaysia karena tidak melihat etika-etika Islam, tetapi hanya merajuk pada
negeri barat, akan tetapi Malaysia tidak hanya dapat kemunduran, akan tetapi
juga dapat keuntungan karena ada pemikiran-pemikiran yang mempunyai pikiran
maju untuk menjadi negara yang maju.
Kususnya dalam bidang politik, kesan
pertama tentang pengaruh modernisme ialah sikap pro-kolonisme, baik di kalangan
mereka yang berpendidikan sekuler maupun agama. Di Malaysia, tokoh pertama yang
menyerah pada tekanan peradaban barat modern dan malah bekerjasama dengan
pemerintah kolonial ialah, Abdullah Munshi (1796-1854). Tidak hanya membantu
para penguasa Inggris, Abdullah juga banyak membantu para pendeta dan
Misionaris Kristen dalam penerjemahan Injil ke dalam Bahasa Melayu.
Dengan kedudukannya sebagai katalis
pertama, gerakan modernisasi dengan berani ia mengecam feodalisme sebagaimana
tercermin dalam catatan perjalanannya ke Kelantan atas perintah Inggris. Dari kalangan-kalangan pembantu pengawas sekolah-sekolah
Melayu, yang bersikap prokolonialisme ialah Muhammad Yusuf Ahmad. Menurutnya
kedatangan Inggris diperlukan untuk memerintah negeri tersebut menjaga hak dan
kepentingan orang-orang Melayu, dan melatih mereka dalam hal-hal yang tidak
diketahui. Sesudah berdirinya badan-badan Melayu semi
politik itu, baru muncul “organisasi” politik, yang sebenarnya. Diantara
organisasi-organisasi politik awal yang mendukung gagasan nasionalisme
konservatif adalah UMNO. Kemudian organisasi-oraganisasi yang anti
kolonialisme, seperti KMM, PKMNI, API, dan PRM. Sebenarnya
organisasi-organisasi yang bersebrangan dengan UMNO tak
menolak secara tegas sistem feodalsme. Mereka hanya mengecam secara tak
langsung kaum feodal Melayu dan para pendukungnya.
Akhirnya, dalam pembahasan tentang pemikiran modernisme dalam politik,
barangkali tidak ada unsur yang lebih penting untuk dibicaraan selain aliran
sekularisme. Konsep sekularisme merujuk kepada Turki sebagai modelnya dan
Mustafa Kamal Attaruk sebagai tokohnya. Kemudian sekularisme ala Turki
berkembang di Malaysia, tokoh yang banyak menulis tentang Mustofa Kamal ialah
Ahmad bin Ismail, melalui penerbitannya sendiri.
Kemudian pengaruh Turki modern menjadi anutan para organisasi-organisasi,
seperti KMM dan UMNO pun terpengaruh sekularisme Turki, melalui pimpinan Dato’
Onn Jaafar, kepemimpinannya dalam menggerakkan nasionalisme Melayu telah
menjalin hubungan mesra antar Tanah Melayu dengan Turki.
Dengan kenyataan ini, jelaslah bahwa
sekularisme sebagai unsur modernisme memang memperoleh lahan subur di Malaysia.
Paham tersebut akan semakin bertambah dengan adanya beberapa tokoh dan aktivis
Islam yag turut bekerjasama memperkokohnya dari masa ke masa.
Dalam bidang sosial, pengaruh modernisme
yang terpenting ialah masuknya unsur liberalisme dan feminisme, yang menyentuh
emanspasi wanita seperti masalah profesi, busana, pergaulan, dan kepemimpinan. Pertumbuhan
pemikiran liberalisme dan emansipasi wanita di Malaysia dimulai pada awal abad
ke-20 melalui majalah al-Iman di Singapura. Dengan tujuan membangkitkan
kesadaran kaum wanita, al-Iman membandingkan peranan wanita barat yang berusaha
sendiri mencari nafkah, termasuk bekerja berat yang memerlukan kekuatan
jasmani. Kandungan lembaga Melayu secara keseluruhan
sebenarnya tidak menolak kemajuan atau modernitas, tetapi karena modernitas
juga turut meruntuhkan nilai-nilai tradisi Melayu yang sangat menjadi
perdebatan dikalangan para ulama’ Malaysia adalah tentang busana. Dari tinjauan tentang perkembangan pemikiran modernisme
sosia jelas sekali telah dipengaruhi hampir setiap peringkat dan golongan umat
Islam. Isu yang selalu hangat ialah peranan wanita, meskipun topik lain tetapu
dibahas pada waktu-waktu tertentu. Sepatutnya kita
berterima kasih kepada modernitas, tetapi sebaliknya, karena modernitas pulalah
beberapa ulama’ terpaksa menggaruk kepala yang tak gatal, karena modernitas
telah melampui batas yang di tetapkan oleh hukum agama kita harus mengucapkan
terima kasih kepada barat yang membawa modernitas, tetapi malangnya ia di salah
gunakan hingga melanggar batas “keislaman”.
Sejarah pemikiran modernitas dalam ekonomi
dari malaysia di awali dengan fenomena materrlisme. Memang fenomena ini tidak
dapat disifatkan sebagai pengaruh Barat, karena merupakan hal yang natural.
Tetapi dalam konteks ini harus dipandang sebagai pengaruh barat, karena
kecenderungan para pendukungnya yang sering memandang dunia barat sebagai Model
negara maju dan kaya. Unsur materialisme berjalan
seiring dengan kapitalisme yaitu suatu sistem yang mementingkan kelompok kecil
kelas kapasitas atau pemodal.
Ciri kapitalisme yang penting ialah bunga
atau riba, dikalangan masyarakat Melayu terdapat beberapa jenis kegiatan yang
melibatkan riba. Pertama, berhutang dengan jaminan tanah kepada renternir.
Begitu seriusnya masalah ini dapat disaksikan, misalnya pada 1933, dianggarkan
jumlah hutang orang Melayu di negeri Melayu bersekutu meningkat hampir $ 4
juta, dan dari jumlah itu sebanyak $ 2, 986,246 adalah hutang melalui agunan
tanah simpanan Melayu. Dalam menghadapi situasi
tersebut, tokoh Islam termasuk Sayid Syekh al-Hadi merasaberhutang dan
menyalahkan orang Melayu karena tindakan yang merugikan itu.
Secara tak langsung, para pemuka itu tidak menyukai kegiatan yang melibatkan
satu bentuk paham kerakyatan ala sosialisme. Mereka berpendapat bahwa,
masyarakat Melayu makin lama makin miskin. Pasa perniagaan diseluruh tanah
Melayu dipunyai orang asing. Sebab, yang menjadikan masyarakat Melayu terdesak
diantaranya adalah modal asing, tenaga kerja asing dan produk-produk dari luar
yang bertujuan membuka negeri ini seluas luasnya tanpa mengjiraukan kehidupan
masyarakat Melayu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaysia pada awalnya
merupakan bagian dari Malaka, sebagaimana Indonesia, Malaysia dalam sejarahnya
pernah dikuasai oleh Inggris, namun pada akhrnya Malaysia mendeklarsikan
kemerdekaannya pada tanggal 13 Agustus 1957, Singapuara dan Brunei ketika tu
masih tegabung Malysia. Setelah taun 1965 Singapura memisahkan diri dengan
Malaysia dan pada tahun 1971 Brunei juga memisahkan diri. Akan tetapi Malaysia
merupakan negara sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara yang bisa
memulihkan perekonomiannya tanpa bantua dana monoter internasional (IMP).
Islam masuk pertama kali di Malaysia dibawah oleh pedagang Gujarat sekitar abad
kesembilan dengan pola penerimaan bottom up yang selanjutnya mengalami
perkembangan melalui proses pola top down. Setelah memasuki abad ke-15 Islam di
Malaysia mengalami perkembangan yang signifikan dengan ditandai banyaknya
bangunan masjid bahkan telah dibangun lembaga pendidikan Madrasah
Al-Mursyidiyah. Dan awal abad ke-20 dengan ciri khas perkembangan Islam oleh
adanya koordinasi sultan-sultan di setiap negara bagian dalam menegakkan hukum
Islam. Setelah masa kemerdekaan perkembangan pemeluk Islam dari segi
kuantitasnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Masyarakat muslim
Malaysia dengan jumlah besar senantiasa menjalankan ajaran keagamaannya dengan
baik dan benar. Mereka tekun menjalankan ibadah baik yang wajib maupun yang
sunnat, merekaa memiliki moralitas yang baik (akhlakul karimah). Peradaban Islam modern di Malaysia membawa
kehidupan dan kemunduran, karena peradaban modernisme hanya diberikan pada
aspek politik, sosial, ekonomi dan kurangnya menekankan persoalan-persoalan
agama, banyak sekali kemunduran-kemunduran Islam yang paling menonjol adalah
pada sosial dan budaya.
B. Saran
Sebagai seorang cendikiawan muslim agar kiranya kita mengetahui beberapa
perkembangan Islam diseluruh Negara di Dunia diantaranya Negara Malaysia agar
kiranya dapat kita ambil hikah dan pelajarannya. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
saya harapkan guna kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Abdul Rahman Haji, Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Alian,
Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Al-Attas,
Syed Naquib. Islam dalam Sejarah Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Cet.I; Bandung:
Mizan, 1990.
Azra,
Azyumardi, Islam Reformis : Dinamika Intelektual dan Geakan, Cet. I;
Jakart: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Abdullah ,
Taufik, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991)
Arnold ,
Thomas W, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta:
Penerbit Widjaya, 1981),
Benda ,
Harry J, Kontinuitas dan Perubahan Dalam Islam di Indonesia, dalam
Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987),
Boechari,
Sidi Ibrahim. Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan Pergerakan
Nasional di Minangkabau. Jakarta: Gunung Tiga Serangkai, 1981.
Esfito,
Jhon L, Islam and Development : Religion and Sociopolitecal Change,
diterjemahkan oleh Warda Hafidz dengan judul Islam dan Perubahan Sosial Politik
di Negara Sedang Berkembang, Cet. I; Yokyakarta : PLP2M, 1985.
HAMKA, Sejarah
Umat Islam, (edisi baru), (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997).
Hodgson,
Marsal GS, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of Chicago Pres,
1997)
Johns , A.
H., Sufism as a Category in Indonesian Literature and History, Journal
of Southeast Asian History, 2 (2), 1961, h. 10-23; A. H. Johns, “Sufism
in Southeast Asia: Reflections and Reconsiderations,” Journal of
Southeast Asian History, 26 (1), 1995
Kenneth
Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago: University of
Chicago Press), 1949
Kuntowijoyo,
Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Cet. VIII; Bandung: Mizan, 1998.
Lapidus,
Ira M, A History of Islamic Societies, dterjemahkan Ghufron A
Masádi dengan judul Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, Cet.
I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Mahayudin
Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
1998)
Muhammad
Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,
Cet. II; Jaskarta: PT. Lentera Basritama, 1999.
Munawir,
Kebangkitan Islam dan Tantangan yang dihadapi dari Masa ke Masa, Cet. II;
Surabaya: Bina Ilmu, 1984.
Mudzani,
Syaiful (ed), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Cet. I;
Jakarta: LP3ES, 1993
RS. Milne
dan Diana K. Manay, Malaysia Tradition Modernity and Islam, USA: Weatview
Press, 1986
Sewang,
Ahmad M. Islamisasi Kerajaan Gowa. Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Thohir,
Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Cet. I; Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Yusuf,
Yusri Mohmed, Perkembangan Madrasah Balambi Pasir Putih, Kualalumpur:
Persatuan Sejarah Malaysia, 1987
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet.XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Zuhairini,
et all, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana
dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1986)
Abdullah,
Taufiq dan Sharon Siddique (ed), Beberapa Dimensi Pendidikan Islam, dalam
Islam and Society in Southeast Asia, diterjemahkan oleh : Rachman Achwan,
Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Cet. I; Jakarta : LP3ES, 1995.
Azra,
Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII. Bandung: Mizan, 1994.
Departemen
Agama RI, Team Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid
II. Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1982/1983
Esposito,
John L (ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, vol. 3. New
York: Oxford University, 1995.
Farouk,
Omar. “Muslim Asia Tenggara dari Sejarah Menuju Kebangkitan Islam”, dalam
Saiful Muazni (ed), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Jakarta: LP3ES, 1993
Gayo, Iwan
(ed), Buku Pintar Seri Senior Plus 20 Negara Baru. Cet. VI; Jakarta: Dipayana,
2000.
Hasbullah,
Searah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. IV; Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2001.
Internet
Malaysia http:www.ai-shia.com/html/id/service/Info-Negara-Muslim/ Malaysia.
htm.
Lapidus,
Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Kesatu dan Dua. Cet. III; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003
Nugroho,
E. (ed), Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 2. Cet. II; Jakarta: PT.
Cipta Adi Pustaka, 1988.
Salleh,
Muhammad Syukri. “Perkembangan Kontemporer Gerakan Islam di Malaysia;
Pergeseran dari Konfrontatif ke Kooperatif” dalam Moeflich Hasbullah, ed, Asia
Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam. Cet. II; Bandung: Fokusmedia,
2005.
Sewang,
Ahmad M. Islamisasi Kerajaan Gowa. Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Thohir,
Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Cet. I; Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Vatikotis,
Michael R.J. “Kebangkitan Islam di Indonesia dan Malaysia” dalam Moeflich
Hasbullah, ed, Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam. Cet. II;
Bandung: Fokusmedia, 2005.
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet.XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
[1] Marsal GS Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago:
University of Chicago Pres, 1997), h. 548.
[2] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam :
BagianKetiga diterjemahkan Ghufron A Mas’adi dengan judu A History of
Islamic Soietes (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. I, h. 357.
[4] Jonh
Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume III, (New
York: Oxford Unversity Press, 1995), h. 35.
[5] Menurut data dari US Departement of
State, jumlah keseluruhan penduduk Malaysia pada tahun 2008 adalah 27.5
juta orang. 60,4% (16,2476 juta) adalah penganut Islam, 19,2% (5,1648 juta)
adalah Budha, 9,1% (2,4479 juta) adalah Kristen, 6,3% (1,6947 juta)
adalahHindu, 2,6% (0.6994 juta) adalah Konfusiu, 0,8% (0,2152 juta)
adalah agama kaum pribumi, 0,4% (0,1076 juta) adalah lain-lain dan 1,2% (0,3228
juta) tidak diketahui agamanya, lihat http://www. State gover pabgn, 2777 htm diakses
pada tanggal 18 Juni 2009
[6]
Dewan Redaksi Ensiklopedia
Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet. II; Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994), h. 137.
[8] Sidi
Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981), h. 32.
[9] Abdul
Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1990), h. 24
[10] Kenneth
Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago:
University of Chicago Press), 1949.
[12] Thomas
W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta:
Penerbit Widjaya, 1981), h. 319.
[13] Taufik
Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991), h. 38
[14] Harry
J. Benda, Kontinuitas dan Perubahan Dalam Islam di Indonesia, dalam
Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987), h.
31
[15] Mahayudin
Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1998), h. 7
[16] A.
H. Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History,”
Journal of Southeast Asian History, 2 (2), (ttp, tp, 1961), h. 10
[18] Muhammad
Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Cet. II;
Jakart: PT. Lentera Basritama, 1999), h. 118
[22] Azyumardi
Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII (Bandung: Mizan, 1994), h. 15-21
[23] Ahmad
M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005), h. 86
[24] Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam (Cet. I;
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 268-269.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...