MAKALAH
“PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM di ERA GLOBAL”
Oleh:
Nama :
Riduan Sururi
NPM : 1222010030
Semester : 2 (dua)
Program : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Mata
Kuliah : Isu-isu Kontemporer
Pendidikan Islam
Di Ajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mandiri
Isu-isu
Kontemporer Pendidikan Islam
DOSEN PENGAMPU
1.
Dr. H. ACHMAD ASRORI, MA
2.
Dr. H. JAMAL FAKHRI, M.Ag
IAIN
RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM
PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK
YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR
Hamdan lillah puji syukur saya
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, inayah dan ridlo
Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Problematika Pendidikan Islam di Era
Global”.
Pembuatan makalah ini sebagai tugas individu penulis dalam mengikuti perkuliahan Mata Kuliah Isu-isu pendidikan Islam Asuhan
Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA dan Dr. H. Jamal Fakhri, M.Ag pada Program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan
Bandar Lampung konsentrasi Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari, pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan demi sempurnanya pembuatan-pembuatan makalah berikutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis
khususnya.
Bandar
Lampung, April 2013
( RIDUAN SURURI )
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Islam................................................................ 3
B. Dasar-dasar
Pendidikan Islam.............................................................. 3
C. Tujuan
Pendidikan Islam...................................................................... 5
D. Hakikat
Globalisasi............................................................................... 5
E. Problematika
Pendidikan Islam diEra Global....................................... 5
F. Solusi
Problematika Pendidikan Islam diEra Global............................. 11
G. Orientasi
Pendidikan Islam Islam diEra Global................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran
pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan
dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia
terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikanya berfungsi secara
optimal maka akan tercapai kemajuan yang dicita-citakanya sebaliknya bila
proses pendidikan yang dijalankan tidak berjalan secara baik maka tidak dapat
mencapai kemajun yang dicita-citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang
dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap
praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu
komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya
pendidikan. misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan
kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca
dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain
menyatakan: Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Namun
didalam dunia pendidikan sendiri banyak masalah-masalah pendidikan yang
dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu masalah yang bersifat internal maupun
eksternal.
Makalah
ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan pendidikan
Islam di era globalisasi. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalah pendidikan
yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal.
Namun sebelum menguraikan permasalahan pendidikan islam di era globalisasi,
terlebih dahulu disajikan uraian singkat tentang fungsi pendidikan. Uraian yang
disebut terakhir ini dianggap penting, karena permasalahan pendidikan pada
hakekatnya terkait erat dengan realisasi fungsi pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diperoleh
penyusunan ini sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pendidikan islam?
2.
Apa dasar-dasar pendidikan islam?
3.
Apa tujuan pendikan islam?
4.
Bagaimana globalisasi bisa
menambah dalam dunia pendidikan?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
pendidikan islam.
2.
Untuk mengetahui dasar-dasar
pendidikan islam.
3.
Untuk mengetahui tujuan pendikan
islam.
4.
Untuk mengetahui Bagaimana globalisasi
bisa menambah dalam dunia pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak
didik dalam mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien.[1]
Sedangkan Pendidikan Islam menurut para tokoh ialah sebagai berikut :
Pertama, menurut Ahmadi mendefinisikan Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk
memelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yang sesuai dengan norma Islam. Kedua,
menurut Syekh Musthafa Al-Ghulayani memaknai pendidikan adalah menanamkan
akhlak mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat,
sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan kebaikan serta
cinta belajar yang berguna bagi tanah air.
Dalam definisi diatas terlihat jelas bahwa pendidikan
Islam itu membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang
didasarkan pada hukum-hukum islam.[2]
B. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Menurut Samsul Nizar membagi dasar pendidikan islam
menjadi tiga sumber, yaitu sebagai berikut :
a.
Al Qur’an. Al Qur’an adalah kalam Allah swt. Yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw dalam bahasa arab guna menjalankan jalan hidup yang membawa
kemaslahatan bagi umat manusia (rahmatan lil ‘alamin), baik di dunia maupun di
akhirat. Al Qur’an sebagai petunjuk ( Hudan ) ditunjukkan dalam
firmanNya :
ان هذا القرأن
يهدى للتى هي أقوم ويبشر المؤمنين الذين يعملون الصلحت أن لهم أجرا كبيرا
Artinya :
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Al Israa’ ayat 9)
Pelaksanaan
pendidikan islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al
Qur’an. Dengan berpegang pada nilai-nilai tertentu dalam Al Qur’an – teruatama
dalam pelaksanaan pendidikan islam – umat islam akan mampu mengarahkan dan
mengantarkan umat manusia menjadi kreatif dan dinamis serta mampu mencapai
esensi nilai-nilai ubudiyah kepada khaliknya.[3]
b.
Sunnah. Keberadaan Sunnah Nabi tidak lain adalah sebagai penjelas dan
penguat hukum-hukum yang ada didalam Al Qur’an, sekaligus sebagai pedoman bagi
kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya. Eksistensinya merupakan sumber
inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi dari
pesan-pesan illahiyah yang tidak terdapat didalam Al Qur’an, maupun yang
terdapat didalam Al Qur’an tetapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut
secara terperinci.[4]
c.
Ijtihad. Pentingnya Ijtihad tidak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan
Islam di satu sisi dituntut agar senantiasa sesuai dengan dinamika zaman dan
IPTEK yang berkembang dengan cepat. Sementara disisi lain, dituntut agar tetap
mempertahankan kekhasannya sebagai sebuah sistem pendidikan yang berpijak pada
nilai-nilai agama. Ini merupakan masalah yang senantiasa menuntut Mujtahid Muslim
di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori pendidikan islam
senantiasa relevan dengan tuntutan zaman dan kemajuan IPTEK.[5]
C. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan
islam menurut Al Qur’an meliputi (1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai
manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan
ini, (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan
alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan
alam semesta, (4) menjelaskan hubungannya dengan Kholik sebagai pencipta alam
semesta.[6]
D. Hakikat Globalisasi
Globalisasi secara harfiah berasal dari kata global
yang berarti sedunia atau sejagat. Menurut A. Qodry Azizi, menyebut bahwa
era globalisasi berarti terjadinya pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan
agama diseluruh dunia yang memanfaatkan jasa komunikasi, transformasi, dan
informasi yang merupakan hasil modernisasi di bidang teknologi. Proses global
ini pada hakikatnya bukan sekedar banjir barang, melainkan akan melibatkan
aspek yang lebih luas, mulai dari keuangan, pemilikan modal, pasar, teknologi,
daya hidup, bentuk pemerintahan, sampai kepada bentuk-bentuk kesadaran manusia.[7]
E. Problematika Pendidikan
Islam Di Era Global
Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem
pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam
sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit.
Kedua, Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan
agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value)
yakni ditemukannya nilai-nilai islami dalam sistem pendidikan.[8]
Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul
di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
1.
Faktor Internal
a.
Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam. Tujuan pendidikan pada
dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau mengangkat harkat dan
martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di muka bumi
dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara
lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan memang sangat
ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana
dengan baik. Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara
nasional, barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau
kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis
dalam masyarakat indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi
bukan semata mendatangkan efek positif, dengan kemudahan-kemudahan yang ada,
akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan
disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak pada kebutuhan
pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan islam
sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial)
menjadi hilang.[9]
b.
Masalah Kurikulum. Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas
bawah yang sifatnya otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan
seluruh keinginan pihak “atas”. Dalam system yang seperti ini inovasi dan pembaruan
tidak akan muncul. Dalam bidang kurikulum sistem sentralistik ini juga
mempengaruhi output pendidikan. Tilaar menyebutkan kurikulum yang terpusat,
penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan
output pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat
pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan saratnya
kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan muatan. Hal ini
mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak dibebani oleh
mata pelajaran.[10] Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum
Pendidikan Islam tersebut mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma
sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut :
(1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari
ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh
dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi beragama islam
untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam. (2) perubahan dari cara
berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berfikir historis,
empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan
nilai-nilai islam.(3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran
keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya
sehingga menghasilkan produk tersebut. (4) perubahan dari pola pengembangan
kurikulum pendidikan islam yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam
memilih dan menyusun isi kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang
luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan
tujuan Pendidikan Islam dan cara-cara mencapainya.[11]
c.
Pendekatan/Metode Pembelajaran. Peran guru atau dosen sangat besar dalam
meningkatkan kualitas kompetensi siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus
mampu membangkitkan potensi guru, memotifasi, memberikan suntikan dan menggerakkan
siswa/mahasiswa melalui pola pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks
sekarang menggunakan teknologi yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian
akan menunjang tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap
bersaing dalam arus perkembangan zaman. Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia
yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman yang cukup
beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas pun siswa/mahasiswa harus
kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya. Bertolak dari kondisi
ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih banyak yang
senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte, karena
lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.
d.
Profesionalitas dan Kualitas SDM. Salah satu masalah besar yang dihadapi
dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru
dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru
dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi
mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga
kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch, sehingga
mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang
benar-benar kualitatif.[12]
e.
Biaya Pendidikan. Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi
persoalan tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang
bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi
sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara
mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah,
namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan
anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang
dalam anggaran strategis pendidikan.
2.
Faktor Eksternal
a.
Dichotomic. Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy
dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu
dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan
segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini
mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak
ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan
yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan
sebagai mahkota semua ilmu.
b.
To General Knowledge. Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah
sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang
memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving).
Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang selaras
dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas menyatakan bahwa,
kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis
dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan
karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan,
ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya
kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya.
c.
Lack of Spirit of Inquiry. Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat
kemajuan dunia pendidikan islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan
penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan The
Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani, Menganggap rendahnya “The
Intellectual Spirit” (semangat intelektual) menjadi salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.
d.
Memorisasi. Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari
standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak
pada kenyataan bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum
sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat
bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk
dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif
muda dan belum matang. Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak
bersifat studi tekstual daripada pemahaman pelajaran yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan
(memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan
bahwa abad-abad pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah besar
karya-karya komentar dan bukan karya-karya yang pada dasarnya orisinal.
e.
Certificate Oriented. Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam,
yaitu thalab al’ilm, telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk
gigih mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan
kebenaran suatu hadits, mencari guru diberbagai tempat, dan sebagainya.
Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik para ulama muslim masa-masa
awal didalam mencari ilmu adalah knowledge oriented. Sehingga tidak
mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang
memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-karya
besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada
masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran
dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata.
Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau
ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas
berikutnya.[13]
F. Solusi Problematika
Pendidikan Islam Di Era Global
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan
globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan
mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, indonesia harus
melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem
pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat
berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk
itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta
didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam
suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu,
pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan
segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang
menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang
dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.[14]
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui,
dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi
yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah
pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan
terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu,
menurut Tibi, solusi pokoknya adalah secularization, yaitu
industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari
struktur sosial dan sistem keagamaannya.[15]
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para
penglola lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar
atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam
mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa
yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau
mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul
wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya
secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah
li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara
pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat
sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta
mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif
guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.[16]
G. Orientasi Pendidikan Islam
Di Era Global
Menurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi
ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah sebagai
berikut :
- Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran. Pendidikan Islam harus diorientasikan untuk menciptakan
“kesadaran kritis” masyarakat. Sehingga dengan kesadaran kritis ini akan
mampu menganalisis hubungan faktor-faktor sosial dan kemudian mencarikan
jalan keluarnya. Hubungan antara kesadaran tersebut dengan pendidikan
Islam dan globalisasi ialah agar umat Islam bisa melihat secara kritis
bahwa implikasi-implikasi dari globalisasi bukanlah sesuatu yang given atau
takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan tetapi sebagai konsekuensi
logis dari sistem dan struktur globalisasi itu sendiri.
- Pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi. Proses
Humanisasi dalam pendidikan Islam dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan
manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala
potensi (fitrah) yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan
(potensi jasmaninya) dan diberdayakan (ptoensi rohaninya) agar dapat
berdiri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Pendidikan Islam sebagai
Pembinaan Akhlak al-Karimah. Akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi di era
globalisasi ini. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan masyarakat akan
menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa diamati pada
kondisi yang ada di negeri ini. Menurut Abuddin Nata, hal seperti ini pada
awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa), tetapi kini
ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Bagi pendidikan Islam, masalah pembinaan
akhlak sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Sebab akhlak memang merupakan
misi utama agama Islam. Hanya saja, akibat penetrasi budaya sekuler
barat, belakangan ini masalah pembinaan akhlak dalam institusi pendidikan
Islam tampak lemah. Untuk itu, pendidikan Islam harus dikembalikan kepada
fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-karimah, dengan tanpa
mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan
dalam institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Pembinaan akhlak sebagai (salah satu)
orientasi pendidikan Islam di era globalisasi ini adalah sesuatu yang
tidak bisa ditawar-tawar. Sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh akhlak masyarakatnya.[17]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan singkat diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut :
- Hakikat pendidikan Islam
ialah untuk membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani
maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik
nantinya yang didasarkan pada hukum-hukum islam. Sedangkan hakikat dari
Globalisasi bukan sekedar banjir barang, melainkan akan melibatkan aspek
yang lebih luas, mulai dari keuangan, pemilikan modal, pasar, teknologi,
daya hidup, bentuk pemerintahan, sampai kepada bentuk-bentuk kesadaran
manusia.
- Problematika Pendidikan
Islam di era global ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
yang didalmnya ada : Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam,
Masalah Kurikulum, Pendekatan/Metode Pembelajaran, Profesionalitas dan
Kualitas SDM, dan Biaya Pendidikan. Dan faktor eksternal yang meliputi Dichotomic, To General
Knowledge, Lack of Spirit of Inquiry, Memorisasi, dan Certificate
Oriented.
- Solusi dari problematika tesebut ialah pendidikan
Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya dengan tanpa mengesampingkan
dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi
pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Serta pendidikan
harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.
- Pendidikan Islam di Era Global ini diorientasikan
bahwa Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran, sebagai Proses
Humanisasi, dan sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah
B. Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Dan sebelum penulis menutup Makalah ini, Penulis
ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada yang kurang berkenan dalam
penyusunan Makalah ini. Akhirnya, Segala puji bagi Allah
yang telah mencurahkan rahmat-Nya dan menerangkan pikiran-pikiran sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasa terima kasih penulis atas
segala petunjuk-Nya. Sebagai penutup Penulis sungguh sangat berharap semoga Makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasmiyati Gani, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta
: Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2008
Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di
Asia Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta, 2009
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai
benang kusut dunia pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Nizar, Samsul, Filsafat
Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta :
Ciputat Pers, 2002
Rembangy, Musthofa, Pendidikan
Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus
Globalisasi, Yogyakarta : Teras, 2010
SM, Isma’il, Strategi
Pembelajaran Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan, Semarang : Rasail, 2008
Tantowi, Ahmad, Pendidikan
Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009
Wahid, Abdul, Isu-isu
Kontemporer Pendidikan Islam, Semarang : Need’s Press, 2008
Zamroni, Paradigma Pendidikan
Masa Depan, Jogjakarta : Gigraf Publishing, 2000
[1] Hasmiyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta
: Quantum Teaching, Ciputat
Press Group, 2008), h.
13
[2] Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Islam Berbasis
PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang
: Rasail, 2008), Cet. I, h. 34
[3] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi
Global, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009), Cet. I, h. 15
[6]
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam :Pendekatan Historis, Teoritis,
dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 36
[8] Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di
Asia Tenggara, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), Cet. I, h. 44
[9] Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif :
Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta
: Teras, 2010), Cet. II, h. 20
[10] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam : Dalam
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. I,
h. 205
[11] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 11
[13] Abdul Wahid, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Semarang
: Need’s Press, 2008), Cet. I, h. 14
[14] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Jogjakarta
: Gigraf Publishing, 2000), Cet. I,
h. 90
[16] Muhaimin, Nuansa Baru
Pendidikan Islam : mengurai benang kusut dunia pendidikan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...