MAKALAH
“AJARAN
ISLAM DIPAHAMI MELALUI
PENDEKATAN
FILOSOFIS”
OLEH
RIDUAN
SURURI
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester Mata Kuliah Metode Studi Islam
DOSEN
PEMBIMBING
Prof.
DR. H. DHAMRAH KHOIR, MA
IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2012
KATA
PENGANTAR
Hamdan lillah puji syukur saya
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, inayah dan ridlo
Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “AJARAN ISLAM DIPAHAMI MELALUI
PENDEKATAN FILOSOFIS”
Pembuatan makalah ini sebagai tugas individu penulis dalam mengikuti perkuliahan Mata Kuliah Metode Studi Islam Asuhan Bapak
Prof. DR. Hi. DHAMRAH KHOIR, MA pada Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Bandar
Lampung konsentrasi Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari, pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan demi sempurnanya pembuatan-pembuatan makalah berikutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis
khususnya.
Bandar Lampung, September 2012
Penulis
( RIDUAN SURURI )
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………….... i
KATA PENGANTAR
………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
- Sejarah
Filsafat Islam .………………………………………………..
3
- Pengertian
Agama ……...........……………….………………………
4
- Pengertian
Filsafat ........……………………………………………....
6
D. Pendekatan Filosofis …..............................….....................…………. 8
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKAKA…………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ketika
seseorang mulai menyadari eksistensi dirinya, maka timbullah tanda tanya dalam
hatinya sendiri, tentang banyak hal dalam lubuk hatinya yang dalam, memancarkan
kecenderungan untuk tahu rahasia yang masih merupakan misteri yang terselubung
itulah fitrah manusia, dengan fitrah itu manusia bergolak mencari dan
merindukan tuhan, dari mulai bentuk yang dangkal dan bersahaja, berupa perasaan
sampai ke tingkat yang lebih tinggi berupa penggunaan akal (Filsafat).
Boleh
jadi fitrah ini sesekali ke tutup kabut kegelapan sehingga nampak manusia tidak
mau tau siapa penciptanya, namun kekuatan fitrah ini tidak dapat di hapuskan sama
sekali, dia sewaktu-waktu muncul ke permukaan lautan kesadaran memanifestasikan
kecenderungan merindukan tuhannya yang begitu baik budi dan betapa bahagianya para
pencari tuhan yang merindukan penciptanya, ketika mereka disambut mesra, oleh
tuhannya,dalam bentuk petunjuk yang diwahyukan oleh rasulnya, di sinilah
terdapat perpaduan antara naluri, akal dan wahyu yang membuahkan ma’rifat
pengenalan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya. Oleh karenanya perlu sekali
seorang muslim ketika memahami suatu ajaran islam dengan menggunakan metode
pendekatan filsafat untuk mengetahui makna sesungguhnya dari yang tersembunyi.
B.
Rumusan Masalah
Setelah membaca dari latar belakang permasalahan di
atas maka dapat penulis ambil rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini
yaitu: “Bagaimana peranan metode Filsafat dalam memahami ajaran Islam?”
C.
Sistematika
Makalah ini
disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi: BAB I : PENDAHULUAN
Menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah dan sistematika penulisan;
BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang Pengertian filsafat Islam dan bagaimana
metode filsafat dalam memahami ajaran islam. BAB III : KESIMPULAN menyajikan jawaban dari rumusan masalah.
BAB
1I
PEMBAHASAN
A. Sejarah Filsafat Islam
Telah
dimaklumi bahwa peradaban Yunani pada umumnya sangat menarik perhatian kaum
muslimin, terutama sesudah adanya penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa
Arab sejak zaman Al-Mansur (kurang lebih pertengahan abad 1 H) sampai di antara
ilmu Yunani yang menarik kaum muslimin ialah retorica Yunani yang sangat
mempengaruhi retorika Arab. Filsafat Yunani juga tidak kalah pengaruhnya karena
bukan saja di kalangan mutakallimin yang hanya mengambilnya sebagai alat
memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lawannya,
tetapi juga di kalangan mereka yang terkenal dengan nama filosof-filosof Islam,
seperti al-Kindy, al-Faraby, Ibnu Sina, dan lain-lain. Berbeda dengan
mutakallimin, mereka mengambil seluruhnya filsafat Yunanidan mempertemukannya
dengan ajaran-ajaran agama islam yang menurut lahirnya berlawanan.
Memang
filsafat Yunani sudah lama masuk di kalangan kaum muslimin sebelum masa
al-Kindy, baik yang langsung dari Yunani, maupun yang melalui orang-orang
Masehi Nesturiah dan Ya’kubiyah. Akan tetapi orang yang mempelajari filsafat
Yunani secara keseluruhan yang berhak dinamakan filosof Islam baru al-Kindy.
Perhatian pada filsafat memuncak pada zaman Khalifah Al-Makmun (813-833) putra Harun
Al-Rasyid. Utusan-utusan yang dikirim ke Kerajaan Bizantium mencari Manuskrip
yang kemudian dibawa ke Baghdad dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Untuk
keperluan penerjemahan itu AL-Makmun mendirikan Bait al-Hikmah (Widya Graha) di
Baghdad yang dipimpin oleh Hunain bin Ishak, seorang penganut agama Kristen
yang berasal dari Hirah, ia pernah pergi ke Yunani dan belajar bahasa Yunani,
di samping menguasai bahasa Syiria (suryani) yang di zaman itu merupakan salah
satu bahasa ilmiah. Sebagian besar karya Aristoteles, Plato dan buku-buku
mengenai Neo-Platonisme diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Pada
permulaannya tradisi pelajaran ilmu agama di bawah pengaruh
terjemahan-terjemahan bahasa Arab, karya-karya filsafat dan ilmu pengetahuan
Yunani abad ke-2/8, bercabang dan mengembang ke dalam gerakan pemikiran ilmu
pengetahuan dan filsafat yang kukuh dan cemerlang yang menghasilkan karya-karya
bernilai besar dan orisinal dari abad ke-3/9 hingga abad ke 6/12. dampaknya
atas pemikiran islam dan perkembangannya dengan cara penyerapan dan bereaksi.
Sebagaimana pengganti doktrin-doktrin filsafat individual yang diberikan oleh
sejumlah filosof.
B. Pengertian Agama
Kata
“Agama” berasal dari kata sanksekerta,yang asal katanya A dan Gama, A artinya
“tidak” dan Gama artinya kocar-kacir atau berantakan, Yang dapat kita simpulkan
Agama adalah tidak kocar-kacir ( Tidak berantakan ).
Menurut istilah Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan
dan hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan
dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat,
yang di dalamnya mencangkup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang
selanjutnya menimbulkan respons emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup
tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib
tersebut.[1]
Pengertian
agama menurut Harun Nasution yaitu :
1.
Pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan yang harus dipatuhi.
2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib
yang menguasai manusia.
3.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4.
Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang
menimbulkan cara hidup tertentu
5.
Suatu sistem tingkah laku yang berasal
dari kekuatan gaib
6.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang
diyakini bersumber pada kekuatan gaib.
7.
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang
timbul dari perasaan lemah dan takut.
8.
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang
timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap perasaan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia.
9.
Ajaran yang diwahyukan tuhan kepada
manusia melalui seorang rasul.[2]
“Pengertian
Agama Menurut Prof.K.H.M Thaib thohir Abdul muin Adalah suatu peraturan tuhan
yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, dengan kehendak dan
pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut guna mencapai kebahagiaan
hidupnya di dunia dan di akhirat”.[3]
Jadi
Pengertian Agama Adalah suatu ajaran untuk mempercayai adanya kekuatan ghaib di
luar diri manusia yang mengatur cara hidup, sistem tingkah laku manusia yang
diwahyukan tuhan kepada seorang rasul untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Mengapa manusia harus beragama
yaitu:
1. Keterbatasan kemampuan manusia
2. Memberikan makanan rohani
3. Memenuhi tuntutan kita
4. Menanggulangi kegelisahan
5. Ingin bahagia
6. Memelihara martabat manusia
7. Sumber prinsip-prinsip hidup
8. Sumber hukum
9. Dengan adanya agama kita dapat mengenal Allah
10. Dengan agama kita dapat mengenal manusia
11. Memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia
C. Pengertian Filsafat
“Kata
filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata shopos yang
berarti ilmu atau hikmah”.[4]
Dengan demikian pengertian filsafat secara bahasa berarti cinta terhadap ilmu
atau hikmah. Dalam hubungan ini al-Syaibani berpendapat bahwa:
Filsafat bukanlah hikmah itu sendiri melainkan cinta
terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya, untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat
berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha manautkan sebab dan akibat serta
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[5]
Jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang
kebenaran, tentang bagaimana ilmu itu dipelajari secara mendalam.
Objek
filsafat adalah mencari keterangan sedalam-dalamnya, di sinilah kita ketahui
sesuatu yang ada atau yang berwujud yang menjadikan penyelidikan dan menjadi
pembagian filsafat menurut objeknya yaitu:
1. Umum
2. Mutlak
3. Cosmologia
4. Antropologia
5. Etika
6. Logika
Filsafat
Agama merupakan bagian filsafat ketuhanan, filsafat ketuhanan termasuk filsafat
sistematis yang mempelajari Cosmologia, manusia dengan Tuhannya. Filsafat
ketuhanan ( Theologi Filsafat ) yaitu hikmah kebijaksanaan menggunakan akal
pikiran dalam menyelidiki ada dan esanya Tuhan. Untuk pembahasan secara khusus
biasanya istilah teologi dikaitkan dengan keterangan kualifikasi, misalnya:
theology Kristen, theology protestan, theology budha, theology hindu, dan
theology islam. Dalam pembahasan makalah ini kami akan mengkhususkan pada
pembahasan theology islam. Dan di dalam agama islam terdapat istilah ilmu
tauhid dan ilmu kalam, untuk membahas masalah ketuhanan adalah tauhid ( mengesakan
dan menganggap satu).
Menurut
A.Hanafi ilmu kalam adalah “ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dan kepercayaan-kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunah”.[6]
Al-Quran
adalah pedoman bagi umat manusia untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan
tuntunan Rabbnya, karena di dalam Al-Quran semua permasalahan diatur dengan
baik. Al-Quran juga merupakan firman-firman Allah penyempurna dari kitab-kitab
sebelumnya, yang di dalamnya tidak hanya berisi tentang tauhid saja tetapi di dalamnya
mengajarkan hikmah dan juga terdapat alasan-alasan yang dapat diterima secara
logika. Dengan kata lain bahwa doktrin adanya Tuhan tidak hanya disuruh percaya
begitu saja tetapi sebelum itu diberikan kesempatan berpikir lurus.
Rasio
(akal) merupakan salah satu dari perangkat anugerah (hidayah) yang diberikan
Tuhan kepada manusia. Di dalam Al-quran terdapat banyak ayat dalam bentuk yang
bervariasi menyuruh manusia menggunakan akalnya dengan baik, memikirkan alam di
samping mengingat dan menyebut Penciptanya Allah SWT. Ada beberapa ayat yang
memerintahkan manusia menggunakan akalnya untuk memikirkan alam ini, yaitu
surat Al-Hajj 22:46,Al-Imron 3:190-191,Ar-Rum 30: 8, Al-Ankabut 29:43,Al-Arof
7: 185,Al-Qof 50: 6-11,dan Al- Fatir 3: 27-28.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa mengartikan agama dengan menggunakan ilmu filsafat
adalah filsafat sebagai media untuk manusia mencari makna Tuhan atau
ma’rifatullah secara mendalam, dan menggunakan logikanya sebagai alat pencari
makna islam itu sendiri. Tetapi yang perlu digarisbawahi, logika manusia
memiliki keterbatasan. Sehingga Al-Quran tidak semua ayatnya dapat di
terjemahkan secara logika, contohnya saja ayat tentang ruh.
D. Pendekatan filosofis
Filsafat
mencari sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat di balik yang
bersifat lahiriah. Sebagai contoh, kita jumpai berbagai bentuk rumah dengan
kualitas yang berbeda, tatapi semua rumah itu intinya adalah sebagai tempat
tinggal. Kegiatan berpikir untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara
mendalam .berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam
memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
Pendekatan
Filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli.
Misalnya dalam buku yang berjudul Hikmah Al-Taasyri’ Walfalsafalatuhu yang
ditulis oleh Muhamad Al-Jurjawi. Dalam buku tersebut Al-urjawi berupaya
mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam. Agama
misalnya mengajarkan agar melaksanakan shalat berjamaah. Tujuannya antara lain
agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman
agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah
tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari
pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji,
sudah menunaikan rukun Islam yang kelima, dan berhenti sampai di situ. Mereka
tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Namun
demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan
bentuk pengalaman agama secara formal. Filsafat mempelajari segi batin yang
bersifat esoterik. Sedangkan bentuk (formal) memfokuskan segi lahiriah yang
bersifat eksoterik.
Menurut Musa Asy’ari Filsafat islam dapatlah diartikan
sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak islami, islam di sini menjadi jiwa
yang mewarnai suatu pemikiran, filsafat disebut islam bukan karena yang
melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama islam, atau orang yang
berkebanggaan Arab atau dari segi obyeknya yang membahas mengenai pokok-pokok
keislaman.[7]
Menurut
Al-Kindi falsafah dan agama samawi tidak bisa bertentangan. Falsafah
membahas kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang kebenaran dan wahyu
membawa informasi tentang kebenaran. Di sinilah terletak persamaan antara falsafah
dan agama, keduanya sama-sama membahas kebenaran. Selanjutnya, agama di samping
wahyu mempergunakan akal dan falsafah menggunakan akal pula. Falsafat membahas
kebenaran pertama (al-haqq al-awwal) dan agama itulah pula yang dijelaskannya. Tuhan
ialah Al-Haqq Al-Awaal. Falsafah yang paling tinggi ialah falsafah yang
membahas Al-Haqq Al-Awwal itu. Membahas Tuhan itu diwajibkan dalam Islam. Oleh
karena itu mempelajari filsafat dalam islam tidak dilarang.
Al-Farabi juga berpendapat demikian.
tetapi baginya falsafah dapat mengganggu keyakinan orang awam. Oleh karena itu
ia mengatakan bahwa falsafat tidak boleh dibocorkan dan tak boleh sampai ke tangan
orang awam.
Kalau
filosof-filosof berpendapat bahwa filsafat tidak boleh jatuh ke tangan orang
awam, Al-Ghazali lebih dari itu mengatakan bahwa teologi pun tidak boleh
disampaikan pada mereka. Bukan hanya filsafat yang dapat mengacaukan keyakinan,
bahkan ilmu kalam dapat mengacaukan iman seseorang. Karena dalam memahami agama
para filosof (kaum khawas) menggunakan arti batin yang tidak boleh disampaikan
kepada orang awam yang menggunakan arti lahir.
BAB III
KESIMPULAN
Agama
Adalah suatu ajaran untuk mempercayai adanya kekuatan gaib di luar diri manusia
yang mengatur cara hidup, sistem tingkah laku manusia yang diwahyukan tuhan
kepada seorang rasul untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran, tentang bagaimana ilmu itu
dipelajari secara mendalam.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa mengartikan agama dengan menggunakan ilmu filsafat
adalah filsafat sebagai media untuk manusia mencari makna Tuhan atau
ma’rifatullah secara mendalam, dan menggunakan logikanya sebagai alat pencari
makna islam itu sendiri. Tetapi yang perlu digarisbawahi, logika manusia
memiliki keterbatasan. Sehingga Al-Quran tidak semua ayatnya dapat di
terjemahkan secara logika, contohnya saja ayat tentang ruh.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Hanafi,
Theologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta, Bulan Bintang, tt), cet. III
Zaini Syahminan. Drs, Mengapa Manusia Harus Beragama,
(Jakarta, Kalam Mulia,1986), Cet 1
Ya’qub Hamzah. H. Dr, Filsafat Agama Titik Temu Akal
Dengan Ilmu. (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya,1992)
Harifuddin. H. Drs, Rasjidi. M. H.Dr. Prof, Islam Untuk
Disiplin Ilmu Filsafat. (Jakarta, Bulan Bintang, 1988)
Abidin Nata, Metode Studi Islam, (Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada, 2004)
Louis O. Kattsof, Pengantar Filsafat (terj) Soejono
Soemargono dari judul asli Element Of Philosophy, (Yogyakarta, Bayi
Indra Grafika, 1989), cet. Ke-6
Harun
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta, Jilid
I, UI Press, 1979)
Prof.K.H.M Thaib thohir Abdul muin, Ilmu Kalam, (Jakarta,
Widjaya, 1986), cet. VIII
Omar Mohammad at-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan
Islam (terj Hasan Langgulung dari judul asli Falsafat at-Tarbiyah
al-Islamiyah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), cet. I
Musa Asy’ari, Filsafat Islam Suatu Tinjauan Ontologis, (Yogyakarta,
Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992), cet. I
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta UI
Press, 1979), h. 9-10
[4] Louis O.
Kattsof, Pengantar Filsafat (terj) Soejono Soemargono dari judul asli Element
Of Philosophy, (Yogyakarta, Bayi Indra Grafika, 1989), cet. Ke-6, h.
11
[5] Omar
Mohammad at-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam (terj Hasan
Langgulung dari judul asli Falsafat at-Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta, Bulan
Bintang, , 1979), h. 25, cet. I
[7] Musa
Asy’ari, Filsafat Islam Suatu Tinjauan Ontologis, (Yogyakarta, Lembaga
Studi Filsafat Islam, 1992), cet. I, h. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...