MAKALAH
“HAKIKAT PENELITIAN,
METODE ILMIAH DAN PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF”
Oleh:
Nama : Ridwan
Sururi
NPM : 1222010030
Semester : 2 (dua)
Program : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi : Pendidikan Agama
Islam
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
dan Statistik Pendidikan
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Metodologi Penelitian dan Statistik Pendidikan
Dosen
Pengampu
Dr. Nasir,
S.Pd., M.Pd
IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya untuk Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya, kami
dapat menyelesaikan Makalah Hadist Tarbawi ini dengan baik. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam, yakni Nabi besar Muhammad SAW,
dengan mengucapkan “Allahumma shali’ala Muhammad Wa’ala alihi Muhammad”,
yang mana berkat ketekunan dan keuletan beliau yang telah membawa kita dari
alam kebodohan sampai ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan
saat sekarang ini. Penulis merasa perlu mengangkat judul makalah “Hakikat Penelitian,
Metode Ilmiah Dan Paradigma Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif”.
Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandar
Lampung, April 2013
Penulis
( RIDUAN SURURI )
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Penelitian................................................................................. 2
B. Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya............................................. 3
C. Paradigma Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif.................................. 7
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hakikatnya,
penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang
dimaksud adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang
harapannya dapat membantu manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan
masalah berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Metode Ilmiah merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Kiranya sudah saatnya mengarusutamakan penelitian
paradigma kualitatif pada skripsi mahasiswa, tidak terkecuali bidang geografi
yang bernaung di bawah ilmu sosial. Diakui atau tidak paradigma kualitatif
lebih menyentuh pengembangan kemanusiaan pada kajian ilmu sosial. Yang paling
penting adalah mengenalkan kedua paradigma tersebut secara luas, supaya dapat
menumbuhkan kreativitas dalam penelitian termasuk skripsi dan tentunya
penelitian yang lebih memberikan manfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan tentang hakikat penelitian, metode ilmiah
dan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan :
1.
Bagaimana
hakikat penelitian ?
2.
Apa yang dimaksud metode ilmiah ?
3.
Bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan
kuantitatif ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk
menegtahui bagaimana hakikat penelitian ?
2.
Untuk
menegtahui apa
yang dimaksud metode ilmiah ?
3.
Untuk
menegtahui
bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Penelitian
“Hakikat penelitian dapat diartikan sebagai penyelidikan yang sistematis,
terkontrol, empiris dan kritis tantang fenomena alami dengan dipandu oleh teori
dan hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena itu.”[1] “Dari
definisi diatas, ada dua hal yang perlu ditekankan. Pertama, penelitian
ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol. Kedua, penyelidikan bersifat
empiris”.[2] Penelitian
atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan
gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis
recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau
non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas,
penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis
(nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific
method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode
ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera
manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian
ilmiah (scientific research).
Hakikatnya, penelitian merupakan
suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud adalah berupa
fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti. Pembahasan utama dalam penelitian disebut sebagai
"masalah penelitian". Masalah penelitian muncul karena
adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Das Sein
dan Das Sollen, apa yang ada dan apa yang seharusnya ada.
Kebenaran yang berlaku dalam sebuah
penelitian adalah "kebenaran ilmiah". Hasil penelitian saat ini
mungkin hanya benar pada saat ini dan pada saat lain kebenaran sudah tidak
relevan. Motivasi dan tujuan dari sebuah penelitian adalah keinginan untuk
memecahkan masalah dan pemuasan rasa ingin tau atas fenomena yang dihadapi.
B.
Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya
Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Senn, memandang metode sebagai prosedur
atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.[3]
Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Sementara itu, metodologi merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.[4] Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji
berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode
ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang
digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian maka metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode
yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan metodologi penelitian membahas
konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya.[5]
Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.
Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
a. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus
disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar,
dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
b. Logis.
Suatu penelitian dikatakan
benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian
kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika.
Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau
prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat
khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
c. Empirik.
Artinya suatu penelitian
biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu
fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada
tiga yaitu :
·
Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan
dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
·
Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai
dengan waktu.
·
Hal-hal empirik tidak bisa secara
kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
d. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang
pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan
hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama.
Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi
langkah penting bagi seorang peneliti.
Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang
relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga
dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan
pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses
pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol,
seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat
diakses atau dimanipulasi seperti bintangatau populasi manusia.
Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan
suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan
semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan
dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan
diproses dengan
perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan
estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian
tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur. Langkah – Langkah Metode Ilmiah:
a.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah langkah awal dalam
melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah kesulitan yang dihadapi yang memerlukan
penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah penelitian dapat di ambil dari
masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda mati maupun
makhluk hidup. Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu
melakukan identifikasi masalah. Agar permasalahan dapat diteliti dengan
seksama, maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam
menyelesaikan penelitian kita.
b.
Perumusan Hipotesis
Ketika kita mengajukan atau merumuskan
pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada saat itu jawabanya sudah ada dalam
pikiran. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan
tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari
jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara
terhadap masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan
maka hipotesis yang kita buat mungkin saja salah.
c.
Perancangan Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih
dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini
berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan
setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan
dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian. Penelitian
yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian
eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan
gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat
objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif, misalnya penelitian
untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo pada tahun
2008. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan
kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang
perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan
pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap.
d. Pelaksanaan Penelitian
Menguji hipotesis dengan melakukan
percobaan atau penelitian.
e. Pelaporan Penelitian
Hasil penelitian adalah data yang objektif,
tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan
dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
C.
Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi
gagasan-gagasan ilmiah (Ihalauw, 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa paradigma
bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang
bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar
kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh paradigma yang masing-masing
menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas
apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.
a. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan
kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma
adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of
thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan
mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh
Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian
lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai
pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu
pengetahuan.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk
menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),
positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist). Metode kuantitatif berakar pada paradigma
tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini
berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John
Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui
konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada
indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian
kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan
subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik
yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah”
dari subjek yang ditelitinya.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma
kualitatif bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan
terhadap fakta atau peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil
serta menata dalil menjadi teori pada ranah abstrak. Ada beberapa istilah yang
digunakan untuk penelitian kualitatif yaitu penelitian inkuiri naturalistik
atau alamiah, etnografi, interaksi simbolik, perspektif kedalam, etnometodologi,
studi kasus, interpratatif, ekologis, dan deskriptif.[6]
Secara lebih sederhana Yunus (2009) membedakan bahwa penelitian berparadigma
kualitatif menekankan pada proses, sedangkan penelitian berparadigma
kuantitatif menekankan pada produk. Sekali lagi, pandangan tersebut memberi
gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan kuantitatif. Salah
satunya disajikan pada Tabel di bawah ini.
Asumsi
|
Pertanyaan
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Ontologis
|
Apa realitas?
|
Obyektif, tunggal,
terpisah dari peneliti
|
Subyektif, ganda,
seperti yang dilihat penelti
|
Episto-mologis
|
Hubungan peneliti
dengan objek?
|
Peneliti independen
|
Peneliti
berinteraksi dengan yang diteliti
|
Aksiologis
|
Peranan nilai ?
|
Bebas nilai dan tidak
bias
|
Terikat nilai dan
bias
|
Retorik
|
Bahasa penelitian?
|
· Formal;
· melibatkan
seperangkat definisi
|
· Informal;
· melibatkan keputusan-keputusan
|
Metodologis
|
Proses penelitian?
|
·Deduktif;
·Hubungan sebab akibat;
·Rancangan statis;
·Bebas konteks;
·Generalisasi yang mengarah prediksi, eksplorasi,
pemahaman;
·Akurasi & reliabel lewat uji
|
· Induktif;
· Faktor
terbentuk secara silmutan timbal balik;
· Rencana
berkembang;
· Terikat
konteks;
· Pola
& teori untuk pemahaman;
· Akurasi & reliabel lewat pembuktian
|
Sumber
: Modifikasi Cresswel, 2000 dalam Slamet 2006
Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan
yang saling berlawanan antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Difinisi paradigma di atas menyebutkan bahwa
paradigma memberikan pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat.
Paradigma akan mempengaruhi pandangan seseorang atau komunitas apa yang adil
atau tidak adil, apa yang baik dan tidak baik (Fakih, 2002). Lebih lanjut
ditegaskan bahwa melalui paradigma akan ada dua orang atau komunitas melihat
suatu realitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, dan
sikap yang berbeda. Dengan demikian jelas sekali bahwa paradigma sangat
berpengaruh terhadap teori dan analisis yang dianut seseorang atau komunitas
dalam mengambil kebijakan dan keputusan. Habermas membagi paradigma ilmu
sosial menjadi tiga yaitu instrumental knowledge, hermeneutic knowledge,
dan critical/emancipatory
knowledge
(Fakih, 2002). Instrumental knowledge berakar pada
paham positivisme yang berpandangan bahwa ilmu sosial dikembangkan dari
pandangan, metode, dan teknik ilmu alam dalam memahami realitas. Dalam rangka
memahami objektivitas atas realitas sosial dalam metode ilmiah, maka harus
dipisahkan antara fakta dengan nilai. Pandangan instrumental knowledge ini termasuk
dalam paradigma kuantitatif. Aplikasi dalam kehidupan sosial kita sangat nyata,
yaitu banyak kehidupan berinstrumen pada angka-angka yang dianalisis secara
statistik. Misalnya untuk mengukur kepandaian seseorang diukur dari nilai
raport, nilai ujian nasional, indeks prestasi. Kebijakan pemerintah dalam
mengukur keberhasilan pembangunan juga didasarkan pada angka-angka, seperti
pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, indek kesejahteraan dan lainnya, tidak
terkecuali penelitian-penelitian ilmiah bidang sosial yang banyak dilakukan
oleh perguruan tinggi.
Sementara
itu
hermeneutic knowledge dan critical/emancipatory knowledge
ini masuk dalam paradigma kualitatif. Seringkali Hermeneutic knowledge disemboyankan
dengan “biarlah fakta berbicara atas nama dirinya sendiri” (Fakih, 2002).
Sementara critical/emancipatory
knowledge
dipahami sebagai proses untuk memanusiawikan manusia, sehingga dalam analisis
suatu kajian ilmiah harus berpihak kepada perbaikan kehidupan manusia.
Pada
dasarnya paradigma kualitatif melihat bahwa realitas sosial harus dipahami dari
ilmu sosial dan keberpihakan pada manusia, bukan seperti paradigma kuantitatif
yang melihat realitas sosial dengan pendekatan ilmu alam. Dalam fakta kehidupan
saat ini paradigma kuantitatif jauh lebih mewarnai daripada paradigma
kualitatif. Realitas soaial hasil kajian paradigma kuantitatif juga bisa
disaksikan dalam kehidupan kita. Akan tetapi, untuk ketiga kalinya dalam
tulisan ini menyebutkan penjelasan paradigma, bahwa paradigma memberikan
pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat. Antara paradigma kualitatif
dan kuantitatif, mana yang lebih bermanfaat bagi khususnya ilmu sosial ?
Pendekatan apa yang tepat untuk mengkaji dan memahami anarkisme dalam
masyarakat, ketimpangan kesejahteraan, adaptasi masyarakat terhadap
bencana, patologi sosial, dan banyak lagi permasalahan sosial kemasyarakatan
dalam ruang muka bumi ?
c.
Perbedaan Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang
amat mendasar. Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma
positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif
dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun
berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang
menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Dalam penelitian
kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang
valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang
berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap
lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara
epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa
sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan
lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to
sensory experience). Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang
diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada
eksperimen, induksi dan observasi. Secara epistemologi, paradigma
kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu
pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada
koherensi dan korespondensi. Koheren berarti sesuai dengan teori-teori
terdahulu, serta korespondensi berarti sesuai dengan kenyataan empiris.
Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang
deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk
diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Secara garis
besar, paradigma penelitian kuantitatif mencakup :
·
Paradigma tradisional,
positivis, eksperimental, empiris.
·
Menekankan pada pengujian
teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik.
·
Realitas bersifat obyektif
dan berdimensi tunggal.
·
Peneliti independen
terhadap fakta yang diteliti / berorientasi kepada hasil.
·
Bebas nilai dan tidak bias.
·
Pendekatan deduktif.
·
Pengujian teori dan
analisis kuantitatif (menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hakikatnya, penelitian merupakan
suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud adalah berupa
fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti. Metode Ilmiah merupakan
proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam
usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika
suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang
cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah
merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Paradigma adalah seperangkat
asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan ilmiah. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih
memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap
sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh
paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya.
Banyak tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.
B.
Saran
Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya harus
memahami dan mengerti dalam ilmu metodologi penelitian terkhusus dalam
mengetahui hakikat dari pada penelitian, metode ilmiah dan istilah yang lain
agar dalam penyususnan skripsi maupun tesis tidak banyak terdapat kendala.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong
Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. (Jakarta: Kencana,
2006)
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian. (Metro: Aneka printing,
2008)
Fakih, M., Jalan Lain (Manifesto Intelektual
Organik. (Yogyakarta: Insist Press, 2002)
Fred N, Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral,
Editor H.J. Koessosemanto. (Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press, 1990)
Ihalauw, J. J. O. I., Bangunan Teori. (Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2004)
Mg. Sri
Wiyarti dan Sutapa Mulya, Sosiologi. (Surakarta: UNS Press, 2007)
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta:
Rake Sarasin, 1990)
Petter R. Senn, Sosial Science ang Its Methods. (Boston:,
Holbrook, 1981)
Robert Bogdan dan S. Knop Biklen, Qualitative
Research for education: An Introduction to theory and methods. (Boston:
Allyn and Bacon, Inc, 1982)
Somantri,
Gumilar R, Memahami Metode Kualitatif. (Jurnal Makara: Sosial Humaniora,
vol. 9, 2005)
Tim Direktorat Akademik, Buku Panduan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum).
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (Jakarta,ttp, 2008)
[1]
Fred N, Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Editor H.J.
Koessosemanto. (Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press, 1990), h. 17.
[2] Ed
Kusnadi, Metodologi Penelitian. (Metro: Aneka printing, 2008), h. 5.
[3]
Petter R. Senn, Sosial Science ang Its Methods. (Boston:, Holbrook,
1981), h. 4
[4] Ibid.,
h. 6.
[5]
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1990), h. 13.
[6]
Robert Bogdan dan S. Knop Biklen, Qualitative Research for education: An
Introduction to theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982),
h. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...