Alamat

Nama: Ridwan Sururi, S.Pd.I. Alamat: Jl. Pesantren Mathla'ul Falah no 412. Sindang Anom Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur. email. abu.hanan17@gmail.com. Facebook. Ridwan Sururi. HP. 085233552224

Sabtu, 23 November 2013

MAKALAH PENGEMBANGAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA. RIDWAN SURURI. IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

MAKALAH
“PENGEMBANGAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA”


Oleh:
Nama        : RIDWAN SURURI
NPM        : 1222010030
Semester        : 3 (tiga)
Program        : Ilmu Tarbiah
Konsentrasi        : Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah    : Evaluasi Pendidikan

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

DOSEN PENGAMPU
1.    Prof. Dr. H. Yurnais Etek
2.    Dr. Nasir, M.Pd







IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan inayah Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Evaluasi Pendidikan. Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah, Rasulullah, Muhammad SAW dan keluarganya serta para pengikutnya yang selalu berjuang untuk menebar cahaya Islam sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini, terdapat kendala yang dihadapi penulis. Mulai dari pencarian sumber bacaan dan keterbatasan waktu yang dimiliki. Alhamdulillah, meskipun demikian, kendala ini dapat diatasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak  yang telah berkontribusi atas penyelesaian makalah ini.  Semoga Allah SWT memberi berkah atas amal usaha kita.
Kendati demikian kami menyadari makalah ini  masih jauh dari kesempurnaan. Karena itulah, penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Akhirnya, semoga makalah Evaluasi Pendidikan ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan  khususnya bagi para mahasiswa PPS IAIN Raden Intan Bandar Lampung dan pembaca umumnya. Kami pun  terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca semua, guna perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
                                                                        Bandar Lampung,    Oktober 2013
                                                                                           Penulis
   

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL        i
KATA PENGANTAR         ii
DAFTAR ISI        iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang        1
B. Rumusan masalah        1
C. Tujuan        1

BAB II PEMBAHASAN
A. Penilaian Proyek        2
B. Penilaian Performance        5
C. Penilaian Sikap        10
D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian        13
E. Pengukuran Renah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik        15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan        19
B. Saran        19

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Standar penilaian termasuk bagian Badan standar nasional pendidikan yang harus dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan yang bertaraf formal. Dimana BSNP terdiri dari 8 standar, yaitu standar Isi, Proses, Kelulusan, Kependidikan, Saspras, Pengelolaan, Pembiayaan dan penilaian. Kedelapan standar tersebut sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lain terutama dalam standar isi tidak bisa dipisahkan dengan standar isi dan proses. Dalam standar isi terdapat Visi, Misi dan tujuan. Agar visi dan misi tersebut dapat mencapai tujuan maka disusunlah kurikulum pendidikan. Kurikulum tersebut perlu diterapkan dalam proses pembelejaran untuk membimbing para peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran itulah dibutuhkan standar proses pendidikan, dimana dalam standar proses ini guru dan siswa berperan aktif untuk mencapai tujuan dengan beberapa perangkat. Berangkat dari standar proses ini munculah standar penilaian yang harus dilakukan oleh guru.
Oleh karena itu seorang pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik peserta didik baik dalam kelas maupun diluar kelas disamping ia harus membuat perencanaan dan  pelaksanaan, ia juga juga berhak mengetahui perkembangan dan kemampuan peserta didiknya secara menyeluruh baik aspek  kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengetahui potensi pada peserta didik tesrsebut seorang guru harus melakukan penilaian kepada seluruh peserta dididknya. Setelah mengetahui potensi dari masing-masing siswa seorang pendidik tidak berhenti disitu saja, akan tetapi ia harus memperbaiki kelemahan-kelemahannya agar ia dapat berkembang menurut pola pikirnya. Tentunya untuk memperbaiki kelemahan tersebut diperlukan waktu melakukan evaluasi dan penilaian secara berkesinambungan, sehingga peserta didik potensinya semakin berkembang melalui pembinaan yang konsen dari guru
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengembangan penilaian pendidikan agama?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui bagaimana pengembangan penilaian pendidikan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penilaian Proyek
Surapranata memberikan pengertian penilaian proyek sebagai penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Depdiknas mendefenisikan penilaian proyek sebagai penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Haryati penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data, dan penyajian data. Dari pengertian diatas dapat diidentifikasi beberapa poin pokok dalam memahami pengertian dari penilaian proyek yaitu :

1.    Penilaian proyek merupakan penilaian berbasis kelas
2.    Penilaian proyek dilakukan pada mata pelajaran tertentu
3.    Penilaian proyek dilakukan secara kontekstual dan komprehensif
4.    Penilaian proyek berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa
5.    Penilaian proyek menekankan pada proses dan produk
6.    Penilaian proyek dikerjakan selama periode waktu tertentu

Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas  yang dilakukan terhadap suatu tugas pada mata pelajaran tertentu dalam rangka untuk mendapatkan informasi kemampuan dan kompetensi siswa secara komprehensif yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Penilaian proyek dapat berupa, Investigasi matematik, pengaruh olahraga pada postur tubuh, praktik investigasi fisika, air di rumah kita (multi-disiplin), perancangan tata ruang sekolah.
Dalam pelaksanaannya penilaian proyek dapat dilakukan oleh siswa secara individu atau kelompok. Penilaian proyek umumnya dilakukan dengan mengikuti beberapa tahap dalam pelaksanaannya yang meliputi, perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data, dan penyajian data atau presentasi. Pada tahap pelaksanaan siswa dituntut untuk merumuskan pokok permasalahan yang nantinya akan diteliti atau diamati. Selain itu, pada tahap perencanaan ini siswa juga membuat jadwal pelaksanaan proyek, tempat/lokasi, alat dan bahan, dan lainnya sesuai dengan instruksi dari guru pembimbing. Setelah pokok masalah dirumuskan langkah selanjutnya adalah pelaksanaan proyek. Pada tahap ini siswa dapat terjun ke lapangan atau masuk dalam setting sosial tertentu untuk mengamati dan menghimpun data. Pengumpulan data akan tergantung dengan masalah pokok dalam proyek, apakah proyek di fokuskan pada proses atau produk. Langkah selanjutnya adalah pengorganisasian.
Maksud dari pengorganisasian disini adalah data yang telah dihimpun dari lapangan kemudian dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok masalah dalam proyek tersebut. Tahap selanjutnya, setelah data terhimpun dan dikelompokkan kedalam pokok-pokok masalah maka data-data tersebut di interpretasikan atau dianalisis, tahapan ini dinamakan pengolahan data. Dan setelah data dianalisis sampai pada pengambilan kesimpulan langkah selanjutnya adalah menyusun laporan atau penyajian data.

Adapun kriteria-kriteria dalam menentukan materi yang di jadikan sebagai bahan proyek yang dipersiapkan oleh guru adalah : pertama, hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan insruksional. Kedua, hendaknya dapat mengukur sampel yang representatif dari asil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. Ketiga, mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang di inginkan sesuai dengan tujuan. Keempat, didesain sesuai dengan kegunaan untuk memperoleh hasil yang di inginkan. Kelima, dibuat seandal mungkin sehingga mudah di interpretasikan dengan baik.

Pada tahap penyajian data atau penulisan laporan proyek ini setidaknya mengikuti sistematika penulisan yang terdiri dari; 1) Pendahuluan, memuat dasar pemikiran dan strategi menjawab masalah. 2) Pengumpulan data, apa data utama dan antisipasi kesulitan. 3) Bagian inti/pembahasan, temuan utama, minimal 3 sub bagian. 4) Kesimpulan, menjawab apa, mengapa, dan bagaimana. 5) Daftar bacaan, berisi sumber-sumber bacaan yang relevan dengan masalah proyek. 6) Lampiran. Dalam melakukan penilaian proyek, dalam hal ini guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.    Kemampuan pengolahan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu dalam pengumpulan data serta penulisan laporan.
2.    Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
3.    Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karya mereka, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta dukungan proyek kepada peserta didik.

Setidaknya jika guru mampu memaksimalkan bentuk penilaian proyek kepada siswanya ada beberapa manfaat dan kelebihan yang diperoleh.Haryati dalam bukunya Model dan Teknik Penilaian mengungkapkan beberapa kelebihan dari jenis penilaian proyek diantaranya:
1.    Merupakan bagian internal dari proses pembelajaran terstandar, bermuatan pedagogis, dan bermakna bagi peserta didik.
2.    Memberi peluang kepada peserta didik untuk mengekspresikan kompetensi yang dikuasainya secara utuh.
3.    Lebih efesien dan menghasilkan produk dan memiliki nilai ekonomis.
4.    Menghasilkan nilai penguasaan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki kelayakan untuk disertifikasi.
Jika dihubungkan dalam materi pendidikan agama Islam, maka dalam hal ini guru merupakan faktor terpenting dalam berhasilnya proyek yang dilaksanakan oleh siswa. “Guru harus mempersiapkan rencana yang cukup matang dalam mempersiapkan penilaian yang akan dilaksanakan dalam mendapatkan hasil yang maksimal”.  Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan penilaian proyek dalam hal ini guru sangat berperan dalam membimbing siswa baik bekerja secara individu maupun kelompok. Bimbingan guru sangat diperlukan mulai dari tahap awal siswa akan menentukan topik dalam tugas proyek mereka sampai dengan pembuatan laporan.

B.    Penilaian Performance
1.    Pengertian Penilaian Performance

Penilaian Performance adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa.

Sedangkan menurut Majid performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.

2.    Karakteristik dan Sifat Penilaian Kinerja (performance assessment)
Menurut Stiggins (1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses tersebut berakhir.  Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan. Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Isyanti (2004:6) bahwa penilaian unjuk kerja dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Setyono bahwa penilaian performansi digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk.  Hutabarat berpendapat bahwa penilaian kinerja lebih tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.


3.    Kriteria Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam  menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa.  Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa tidaknya diajarkan), feasibility (kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor.
4.    Langkah-langkah Membuat Performance Assessment.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2) menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17). Menurut Majid (2006: 88) langkah-langkah membuat performance assessment adalah 1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2) menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik; 3) membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) mengurutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; 5) kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.
C.    Penilaian Sikap
Menurut Thursheon (1990) Pengertian sikap dan ciri-ciri sikap serta cara pengukuran sikap adalah bahwa sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Selain itu menurut Berkowitz sikap seseorang dalam objek adalah perasaan atau emosi dan faktor kedua adalah reaksi atau respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau penderian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Sedangkan  menurut Notoadmodjo sikap merupakan reaksi yang masi tertutup, tidak dapat terlihat langsung yang dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Menurut Azwar , 1995 sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Bentuk reaksinya dengan cara positif dan negatif, sikap meliputi rasa suka dan tidak suka mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan kebijakan sosial. Carl Jung, 1993 sikap adalah kesiapan fisik untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu. Menurut Purwanto, 1998 sikap adalah pandangan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek.
Pengertian Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati sikap peserta didik dalam berperilaku di lingkungan tempat belajar.  Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Sikap terhadap materi pelajaran; Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik, akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b.    Sikap terhadap guru/pengajar; Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c.    Sikap terhadap proses pembelajaran; Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d.    Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran; Misalnya: kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Kimia. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.
e.    Sikap-sikap lain yang dimuat dalam tujuan pendidikan Misalnya: mandiri, kreatif, bertanggung jawab, demokratis, dan lain-lain yang secara umum digunakan pada unjuk kerja
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Penyertaan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak di ungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau menyatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersufat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat di nyatakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat di lakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian di nyatakan pendapat responden melalui kuesioner Pengertian sikap dan ciri-ciri sikap serta cara pengukuran sikap (Notoadmodjo, 2003). Tingkatan penilaian sikap dapat diamati dengan cara:

a.    Menerima. Di artikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b.    Merespon. Memberikan jawaban apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c.    Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d.    Bertanggung jawa. Bertanggung jawab atas semua resiko dari suatu yang telah di pilihnya, merupakan sikap yang paling tinggi.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Seberapapun baiknya prosedur evaluasi yang diikuti dan disempurnakan evaluasi perlu diterapkan, jika tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun akan kurang dari yang diharapkan. Diantara prinsip-prinsip evaluasi sebagai berikut:
1.    Keterpaduan. Penilaian harus integral dalam pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan intraktional, materi, dan metode pengajaran, serta evaluasi meruapakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan.
2.    Keterlibatan siswa. Prinsip ini sangat erat dengan metode belajar yang menuntut keterliabatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk mengetahaui sejauh mana siswa berhasil dalam kegitan belajar mengajar yang dijalani secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi.
3.    Koherensi. Evaluasi harus berkaitan dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan renah kemampuan siswa yang diukur. Maka tidak dibenarkan menyajikan bahan evaluasi yang sementara materinya belum disampaikan.
4.    Pedagogis. Disamping evaluasi sebagai alat penilai, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
5.    Akuntabilitas. Sejauh mana keberhasilan progam pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggung jawaban. Pihak-pihak yang termasuk adalah orang tua, masyarakat sekitar, dan lembaga pendidikan sendiri. Pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya. 
6.    Realibitas (dapat dipercaya). Ciri-ciri soal yang tidak reabilitas adalah pertanyaan tidak jelas apa yang dimaksud, pertanyaan yang bersifat ambiguous, pertanyaan tidak dapat dijawab karena kurang memberikan keterangan yang lengkap.
7.    Valid. Evaluasi dapat dikatan benar apabila test yang digunakan dapat memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan. Misal apa bila untuk mengetahui psikomotorik peserta didik, maka test harus menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat psikomotorik. 

Tujuan-Tujuan Penilaian Pendidikan adalah: 
1.    Penilaian bertujauan untuk mengetahui potensi seorang murid sampai dimanakah pontensi anak tersebut. Adakah untu melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi atau tidak
2.    Penilaian untuk mengetahui sampai dimanakah anak dapat mencapai berbaai macam pelajaan.
3.    Penilaian bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan-kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang dialami oleh murid. Bahkan kesulitan yang bersifat umum maupun yang berisfat perseorangan. Dengan mengetahui kesulitan-kesulitan tersebut seorang guru lebih mudah dalam memberikan bantuan kepada peserta didik.
Instruemen evalausi dalam pengertian secara umum adalah sesuatu yang digunakan seseorang untuk untuk mempermudah tugas yang ia laksanakan demi mencapai tujuan. Kata instrument juga biasa dikenal. Disamping instrument juga dibutuhkan teknis dalam evaluasi, adapaun penjabarannya sebagai berikut:
1.    Teknik tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:
a.    Hasil belajar siswa
b.    Perkembangan prestasi siswa
c.    Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
d.    Tingkat kemampuan awal siswa

Tes lisan dilakukan melalui pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap siswa. Tujuan tes lisan ini terutama untuk menilai.
a.    Kemampuan memecahkan masalah
b.    Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c.    Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d.    Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.

Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
D.    Mekanisme dan Prosedur Penilaian
1.    Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Kegiatan hasil belajar pada hakekatnya meruapakan kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku siswa. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk.. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh peserta didik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
a.    Ulangan harian. Ulangan harian dilakukan setiap selesai pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep dan kompetensi dasar yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakuakan tiga kali dalam setiap semester. Untuk mengetahui kelulusan siswa dalam menempuh KD peserta pendidik harus menentukan KKM (terlampir) 
b.    Ulangan tengah semester. Ulangan tengah semester dilakukan setelah pembelajaran mencapai beberapa standar kompetensi tertentu. Soal UTS terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh peserta didik mengenai materi standard kompetensi dasar yang telah dibahas dalam setengah semester pertama. UTS dilakukan satu kali dalam satu semester, namun ada guru yang tidak melaksanakannya,  cukup dengan ulangan harian, atau tugas. 
c.    Ulangan akhir semester. Ulangan akhir semester sering disebut juga ulangan umum, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut.
1)    Ulanga akhir semester pertama soalnya diambil dari materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester pertama.
2)    Ulangan akhir semester kedua soalnya merupakan gabungan dari maeri standar, standar kompetensi, kompetensi dasar semester pertama dan kedua dengan penekanan pada materi  standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester kedua. 
d.    Ulangan Kenaikan Kelas. Ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap. Ulangan kenaikan kelas sama dengan ujian akhir semester genap dengan materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang diujikan merupakan gabungan materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester ganjil dan genap dengan penekanan pada materi standar, standar kompetensi, dan kompetnsi dasar semester genap.  Ulangan kelas dilakukan untuk menentukan peserta didik yang berhak pindah atau naik ke kelas yang berada di atasnya. Sedangkan ulangan kenaikan kelas yang dilakukan pada semester genap terakhir merupakan ulangan untuk menentukn kelulusan. Penialaian hasil belajar yang mencakup ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas sebagaimana yang diuraikan di atas harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek pengatahuan, keterampilan, dan nilai, serta sikap peserta didik secara proposional. Untuk itu guru harus mengembangkan kisi-kisi penilaian yang lengkap agar mencakup seluruh standar  kompetensi dan kompetensi dasar dengan seluruh aspeknya.
e.    Program pengayaan dan Remidial. Program ini merupakan pelemgkap dan penjabaran dari ulangan harian, tengah semester dan akhir semester. Tujuan dari remedial ini untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada setiap evaluasi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat dikatakan tuntas bila dapat mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 %. Maka siswa yang mendapat kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu diadakan remedial. (terlampir) 

E.    Pengukuran Renah Koqnitif, Afektif, dan Psikomotorik
Sebagaimana yang tercantum dalam analisis, bahwa penilaian pendidikan agama tidak bisa memandang dalam satu ranah, karena pendidikan agama islam sangat kaya dengan renah kognitif, afektif, dan psikomotorik maka dari itu tiga renah tersebut harus berjalan secara proposional. Untuk menjalani proses ketiga renah tersebut tentu saja harus dilakukan proses pengurkuran masing-masing renah pada setiap siswa. Pada tahapan yang selanjutnya jika pengukuran masing-masing ranah tersebut sudah tercapai seorang guru tinggal menyiapkan bentuk penilaian yang akan disajikan kepada siswa.

1.    Renah kognitif
a.    Pengetahuan (C1). Dalam jenjang ini para peserta didik dituntut untuk mengenal konsep-konsep, istiah-istiah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya misalnya konsep shalat, zakat puasa, dan lain-lain. Maka dari itu rumusan evaluasi yang digunakan harus menggunakan kata menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, menyebutkan devinisi.  Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemamapuan ini antara lain: pilihan ganda, menjodohkan, isian, jawaban singkat, dan pilihan ganda.
b.    Pemahaman (C2). Disamping konsep-konsep agama islam diketahui oleh siswa, ia dituntut untuk memahami untuk mengerti pemahaman dari konsep itu sendiri serta dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunanakan untuk mengukur kemampuan ini adalah:
1.    Menerjemahkan
2.    Menginterpretasikan
3.    Mengeksplorasi

c.    Penerapan (C3). Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving). Melalui pendekatan ini  siswa dihadapkan dengan suatu masalah, entah riil atau hipotesis, yang dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian penguasaan aspek ini sudah tentu harus didasari aspek pemahaman yang mendalam tentang segala sesuatu yang berhubungan denan masalah tersebut.
d.    Analisis (C4). Dalam jenjang ini siswa dituntut untuk menguraikan suatu situasi kedalam komponen-komponen pembentuk  yang lebih jelas. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
e.    Sintesis (C5). Pada jenjang ini seorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f.    Penilaian (C6). Dalam jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kreteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kreteria, standar, atau ukuran mengevaluasi sesuatu. 
2.    Pengukuran Renah Afektif
Pengukuran renah afektif meliputi lima jenjang kemampuan.
a.    Menerima. Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimulasi khusus (kegiatan dalam kelas, baca buku dan sebagainya).dihubungkan dengan pengeajaran jenjang ini berhubungan dengan menimbukkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatiana siswa. Sedangkan perumusan untuk membuat soalnya yaitu menanyakan, menjawab, menyebutkan, memilih, mengidentifikasi, memberikan, mengikuti, menyeleksi, menggunakan, dan lain-lain.
b.    Menjawab. Kemapuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa hanya menghadiri sesuatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajardalam jenjang ini dalapt menekankan kemauan untuk menjawab. Sedangkan perumusan bentuk soalnya adalah menjawab, melakukan, menulis, menceritakan, membantu, melaporkan, dan sebagainya.
c.    Menilai. Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu, jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerima nilai sampai ketingkat komitmen keterampilan. Sedangkan perumusan soalnya menerangkan, membedakan, memilih, mempelajari, mengusulkan, menggambarkan, menggabung, mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca, dan sebagainya.
d.    Organisasi. Yaitu menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan masalah diantara nilai itu sendiri, jadi tugas seorang guru dalam mengevaluasi ialah memberikan penekanan pada membandingkan, menghubungkan dam mensistensikan nilai-nilai. Mengorganisasikan, mengatur, membandingkan, mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun, memadukan, menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan, menyatukan, dan lain-lain.
e.    Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai: adapun aperasional penilaiannya adalah menggunakan, mempengaruhi, memodivikasi, mengusulkan, menerapkan, memecahkan, menyuruh, membenarkan, dan sebagainya. 
Inti beragama adalah beriman, apa yang harus dilakukan agar siswa kita beriman? Itu lah yang dianggap pembinaan afektif. Apakah dengan mengajarkan pengetahuan dan mengajarkan cara beriman siswa itu akan menjadi orang yang beriman? Itulah tujuannya.

3.    Psikomotorik
Psikomotorik dalat dikelompokan dalam tiga jenjang yaitu;
a.    Keterampilan: memperlihatkna gerak, menunjukkah hasil pekerjaan, menampilkan, melompat, dan sebagainya. Sementara leighbody mengemukakan elemen-elemen keterampillan yang dapat diukur:
1)    Kualitas penyelesaian pekerjaan
2)    Keterampilan menggunakanakan alat-alat
3)    Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai
4)    Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi yang diberikan
5)    Kemampuan membaca menggunakan diagram, gambar-gambar, symbol-simbol.
b.    Manipulasi benda-benda: menyusun, membentuk, memindah, menggeser, mereperasi, dan sebagainya.
c.    Koordinasi neuromuscular: menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya. 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas  yang dilakukan terhadap suatu tugas pada mata pelajaran tertentu dalam rangka untuk mendapatkan informasi kemampuan dan kompetensi siswa secara komprehensif yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Penilaian proyek dapat berupa, Investigasi matematik, pengaruh olahraga pada postur tubuh, praktik investigasi fisika, air di rumah kita (multi-disiplin), perancangan tata ruang sekolah.
Penilaian performance adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati sikap peserta didik dalam berperilaku di lingkungan tempat belajar

     B.  Saran
Seorang guru harus mengetahui beberapa teknik penilaian  dalam membentuk mengukur keberhasilan belajar siswanya, dan memperdalam pengetahuan demi mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan, serta mendapatkan siswa dan siswi yang berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA


Amir Daien Indrakusuma, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Ikip Malang, 1993)

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
E. Mulyasa, Kurikulum yang Sempurna, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006)

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda,2007)

Hutabarat, Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2004)
Mahmudah, Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (performance Assessment) pada Pembelajaran Sub Konsep Jaringan Hewan, (Bandung: UPI, 2000)

Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000)
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, cetakan keenam, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2010).
Setyono, Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). (Jember: (LP3) Universitas Jember, 2005).
Stiggin, Student-Centered Classroom Assessment, (New York: Mac Millan College Publishing Company, 1994)

Popham, Classroom Assessment, (Boston: Allyn and Bacon, 1995)
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009).

Zainul, Asmawi, Alternative Assessment, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)
W. James Phopam, Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Kanisius, 1986), h. 87

http://www.m-edukasi.web.id/2013/08/cara-penilaian-sikap-attitude-siswa.html. diakses tanggal 15 Oktober 2013 puku 14.00 wib
http://cai-sl.blogspot.com/2012/07/pengertian-sikap-dan-ciri-ciri-sikap.html. diakses tanggal 16 Oktober 2013 pukul 17.00 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AMPUN KESUPEN KRITIK DAN SARANNYA...